Permasalahan Pendidikan Sangat Mengerikan

JATENGPRESS,PURBALINGGA – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Tri Gunawan Setyadi, SH, MH, merasa miris dengan kondisi pendidikan saat ini. Banyak sekali permasalah yang terjadi di dunia pendidikan, baik pada siswa maupun guru.

“Permasalahan pendidikan sekarang sudah sangat mengerikan”, ujarnya dengan nada prihatin
Pernyataan itu disampaikan Tri Gunawan saat memberikan sambutan pada acara peringatan HUT ke-51 Perkumpulan Insan Purnakaryawan Pendidikan dan Kebudayaan (IPPK) Kabupaten Purbalingga, di aula PGRI, Selasa (30/7) lalu.

Menurut Tri Gunawan, kondisi tersebut sangat terasa akhir-akhir ini seiring berlakunya berbagai kebijakan pendidikan, baik administrasi, teknologi pembelajaran, kurikulum, maupun kebijakan untuk guru. Semua itu sangat berpengaruh pada perilaku siswa dan guru, yang mengancam kehidupan masa depan pendidikan.

Kebijakan bidang administrasi, telah membuat guru seperti robot. Mereka selalu sibuk melaksanakan tugas-tugas administrasi dengan berbagai jenis aplikasi, baik kepentingan pembelajaran maupun kelembagaan. Penilaian sekolah maupun kinerja kepala sekolah semua dengan aplikasi, tidak dilakukan langsung oleh pengawas. Akibatnya, banyak terjadi rekayasa nilai karena penilai tidak bersentuhan langsung.

Pada aktifitas pembelajaran, dengan diperbolehkannya menggunakan HP maka telah mengurangi hubungan guru-siswa, yang berdampak berkurangnya pendidikan karakter. Padahal karakter merupakan hal yang sangat penting untuk masa depan siswa. Akibat kurangnya pendidikan karakter itu, kini banyak sekali perilaku siswa yang menyimpang dari harapan. Di mana-mana terjadi kekerasan oleh siswa, sikap tidak sopan siswa terhadap guru, dan semangat belajar yang rendah.

“Siswa hanya dituntut cerdas secara kognitif, tetapi tidak memiliki attitude. Ini sangat memprihatinkan”, ujar Tri Gunawan yang sudah dua tahap menjabat Kepala Dindikbud Purbalingga ini.
Pergantian kurikulum yang terus-menerus sejak beberapa tahun terakhir, juga membuat guru sangat direpotkan, dan penyelenggaraan pendidikan tak pernah mapan. Guru terlalu disibukkan dengan pelatihan daring, sehingga sangat melelahkan dan mengganggu pembelajaran.

Menyinggung sistem zonasi, Tri Gunawan menganggap bahwa sistem itu belum mampu menyelesaikan masalah, justru menimbulkan masalah lain. Misal terjadinya rekayasa nilai agar siswa dapat masuk sekolah jalur prestasi. Juga terjadi rekayasa tempat tinggal siswa, agar dekat dengan sekolah favorit yang dituju.


Perubahan gaya hidup
Hal lain yang sangat memprihatinkan, menurut Tri Gunawan, adalah perubahan kehidupan guru beberapa tahun terakhir ini, akibat terus meningkatnya tingkat penghasilan. Ternyata dengan gaji yang bertambah, terjadi angka perceraian di kalangan guru yang sangat tinggi, pertengkaran antar guru, kedisiplinan yang rendah, serta perubahan gaya hidup yang terkadang kebablasan. Permasalahan guru semakin bertambah setelah diangkatnya ribuan guru P3K.

“Saya capek mengurusi permasalahan guru”, ujar kepala dinas yang sudah bertugas di Dindikbud sekitar delapan tahun ini. (Jon)