Pertama Kali Digelar Sejak Ratusan Tahun Berdiri, Golong Gilig dan Rampakan Desa Trirejo Peringati Bersatunya Tiga Wilayah

Jatengpress.com, Purworejo – Sejak berdiri tahun 1913, atau 111 tahun lalu, baru kali ini Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggelar merti desa secara besar-besaran. Berbagai acara sebagai rangkaian merti desa atau ada yang menyebut bersih desa, dilaksanakan sejak tanggal 6 Agustus 2024.

Puncaknya adalah hari ini, Jumat (08/08/2024) dengan acara Golong Gilig Nyawiji Rasa dan Rampakan Desa Trirejo. Golong Gilig adalah acara untuk memperingati bersatunya tiga wilayah menjadi Desa Trirejo (tri=tiga).

Tiga orang gadis Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jateng, memakai kostum karnaval di acara Rampakan atau Kirab Budaya. (Foto: Jatengpress.com/NING)

Sedangkan rampakan adalah kirab budaya di mana peserta memakai busana ciri khas Jawa berpawai sambil membawa hasil bumi Desa Trirejo. Peserta kirab berjalan sejauh kurang lebih 1 KM dari tempat start hingga lokasi acara di Halaman Balai Desa Trirejo.

Beberapa pejabat pun nampak hadir, antara lain adalah Bupati Purworejo, Hj Yuli Hastuti, Direktur PDAM Tirta Perwitasari Hermawan Wahyu Utomo juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3APMD) Laksana Sakti. Dalam sambutannya, Bupati Yuli Hastuti menyampaikan bahwa, kegiatan seperti ini merupakan wadah silaturahmi bagi warga.

“Selain sebagai ajang silaturahmi, merti desa sebagai manifestasi rasa syukur kepada Yang Maha Esa, kegiatan seperti ini juga merupakan sebuah perwujudan keselarasan manusia dengan alam. Oleh karena itu, saya menyampaikan dukungan sekaligus penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh warga Desa Trirejo, yang masih setia memelihara tradisi yang adiluhung ini,” kata Yuli Hastuti.

Warga Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jateng, berebut gunungan hasil bumi di acara Rampakan atau Kirab Budaya. (Foto: Jatengpress.com/NING)

Bupati yakin, apabila nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan ini benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan masyarakat Purworejo akan semakin damai dan kondusif dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan.

Dalam rampakan, ada 6 gunungan berisi hasil bumi yang diarak. Selain itu, peserta rampakan juga membawa 15 tumpeng olus ingkung, serta satu kambing guling.

Gunungan-gunungan yang dibawa kemudian diperebutkan oleh ratusan warga yang hadir. Mereka percaya, tradisi rebutan gunungan ini untuk mencari berkah, karena sebelum diarak, telah didoakan terlebih dahulu.

Usai acara, Kades Trirejo, Andhi Prasetiawan menceritakan bahwa, sebelum tahun 1913, Trirejo masih menjadi tiga wilayah yang masing-maisng dipimpin oleh para tokoh. Ketiga wilayah cikal bakal Desa Trirejo adalah Watu Belah,dipimpin oleh Simbah Mat Ngali, Kedung Dawa dipimpin Simbah Joko Noyo dan Sejiwan dipimpin Simbah Reksa Jiwa.

“Pada tahun 1913, Beliu-beliau tadi, sepakat menggabungkan wilayah yang kemudian diberi nama Trirejo. Tadi juga ada acara golong gilik yakni menggabungkan tiga wilayah pada tahun 1913 Desa Trirejo belum terbentuk karena masih terdiri dari tiga wilayah. Tujuannya dengan upacara Golong Gilig dan Nyawiji Rasa supaya semua warga menjadi satu merasa satu tujuan agar Desa trirejo menjadi makin maju makin baik makmut dan menjadi desa mandiri,” kata Andhi menjelaskan.

Tambah dia, dalam acara rampakan, rangkaian pertama yaitu unduh tirta dan junjung pertiwi. Unduh Tirta adalah mengambil air dari sumber kehidupan, jaman dahulu sumber kehiduoan air di Desa Trirejo ada tiga sumur.

“Peserta rampakan adalah perwakilan semua warga di Desa Trirejo perwakilan dari lima dusun (5 RW) dan 15 RT. Semua kami gabung jadi satu juga dari kelembagaan-kelembagaan desa dibantu bergada (pasukan) dari Desa Loano. Untuk gunungan jumlahnya 6, milik Pemdes saty, milik RW 5. Sedangkan tumoeng pkus ingkung ada 15 dari seluruh RT yang ada di Desa Trirejo. Gunungan berisi hasil bumi berupa sayuran, buah, pala kependem (buah dalam tanah) pala kesampar (buah di atas tanah) dan pala gemantung (buah di pohon) hasil panen warga,” ujar Andhi.

Prosesi merti Desa Trirejo telah diadakan sejak tanggal 6 Agustus atau dalam kalender Jawa tanggal 1 Sapar, dengan berbagai acara mulai lomba hingga bazar. Berdasarkan rembug desa dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, disepakati jika Merti Desa Trirejo akan sepalu diadakan setiap tanggal 1 Sapar. (NING)