Warga Pancur Temukan Batu Berukir Huruf China

JATENGPRESS, REMBANG – Warga Desa Warugunung, Kecamatan Pancur, Rembang menemukan sebuah batu berukiran tulisan huruf Tiongkok. Batu yang di temukan, lebarnya sekitar 130 sentimeter dengan ketebalan sekitar 50 sentimeter.

Temuan tersebut mengindikadikan dugaan adanya perkampungan atau hunian tiongkok kuno di wilayah tersebut.

Pihak desa telah melaporkan temuan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Rembang agar dilakukan penelitian lebih lanjut.

Batu itu memiliki permukaan datar dengan ukiran huruf-huruf tiongkok. Sebagian besar huruf masih bisa terlihat jelas.

Danang Swastika, salah satu pegiat sejarah di Lasem mengungkapkan, beberapa waktu lalu ia mendapatkan informasi dari warga sekitar tentang keberadaan batu itu. 

Awalnya, warga mengira bahwa batu tersebut hanya sekadar bongpay. Mendengar informasi tersebut, Danang pun mendatangi lokasi.

Danang menjelaskan, lokasi batu tersebut berada di sekitar Bukit Tapaan Santi Badra.

Ia mengatakan Bukit Tapaan Santibadra adalah tempat bersejarah yang tertulis dalam buku Carita Dejatah Lasem (CSL).

Dulu, tempat tersebut digunakan untuk mengajar dan olah spiritual para tokoh-tokoh Lasem.

Setelah melihat langsung batu tersebut, ia menilai, bukan sekadar bongpay. Namun, ada dugaan mengarah pada prasasti.

Sebab, tulisan tiongkok tersebut terukir di atas batu alam.

“Ceritanya hari Minggu ada teman warga Sendangcoyo, bercerita kalau dibawah gunung Tapaan Santibadra ada bong cina. Itu memang hal biasa karena di kawasan situ banyak bong. Setelah bertanya lebih dalam, yang diceritakan tidak seperti bongpay,” katanya.

Danang bilang, ada sekitar 10 baris tulisan tiongkok yang terukir di batu tersebut. “Kalau aksara cina dari atas ke bawah. Saya menduga ini prasasti,” katanya.

Ia pun melaporkan temuan tersebut kepada Pemerintah Desa setempat dan Dinbudpar Remebang agar bisa diteliti lebih lanjut.

“Kami laporkan ke pihak desa Warugunung, serta Dinas terkait untuk bisa dikomunikasikan dengan BPCB/BPK Jateng, sehingga bisa menguak informasi kesejarahan dan peristiwa masa lalu di kawasan Bukit Tapaan,” katanya

Dari temuan itu, ia juga teringat sekitar 2019 silam tim dari Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) juga pernah memeriksa lumpang batu yang tidak jauh dari lokasi temuan tadi.

Sehingga muncul spekulasi bahwa di kawasan tersebut dulunya merupakan hunian kuno.

Disekitar Bukit Tapaan Santibadra merupakan kawasan hunian kuno. Hal ini bisa dibuktikan dengan diketemukan Lumpang batu di area barat bukit, serta banyanknya serpihan gerabah sisa kebudayaan masa itu,” jelasnya.

“Umpama batu (seperti yang baru saja ditemukan) benar prasasti akan memperkuat indikator adanya kampung di lembah tapaan. Tadi sudah saya laporkan ke pihak desa dan Dinbudpar untuk bisa berkomunikasi supaya ada tindak lanjut,” pungkasnya. (yon)