JATENGPRESS, MAGELANG– Menjelang puncak musim kemarau tahun 2024 ini, belasan desa di kawasan Bukit Menoreh wilayah Kabupaten Magelang berpotensi bakal dilanda krisis air bersih.
Plt Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Bayu Eko Prihanto, mencatat 14 desa rawan krisis air bersih yang kini dalam pantauannya.
Dia menyebut 12 di antara 14 desa dimaksud berada di kawasan Bukit Menoreh. Masing-masing, Desa Kenalan, Candirejo, Giri Tengah, Karanganyar, Majaksingi, Ngadiharjo, Kembanglimus di Kecamatan Borobudur.
Kemudian Desa Ngargoretno, Paripurno, Menoreh, Ngadirejo, dan Krasak (Salaman).
Sedang 2 desa lain berada di wilayah Kecamatan Tegalrejo masing-masing, Dlimas dan Banyusari. “Tetapi sejauh ini, belum ada desa yang mengajukan permohonan droping air,” katanya, Selasa (6/8).
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, lanjut Bayu, permintaan droping air disampaikan oleh kelompok relawan. Karena mereka lebih tahu desa atau dusun mana yang sedang dilanda krisis air bersih.
Dalam pelaksanaan droping air bersih, BPBD bekerja sama dengan pemerintah desa yang memiliki sumber air dengan debit relatif besar. Seperti sumber air di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid; Mancasan (Tegalrejo); Pirikan dan Kalibening Payaman (Secang); serta Grabag.
“Kita lihat yang debitnya mencukupi, kualitas airnya bagus, dan tempatnya bisa dijangkau oleh truck tangki kita. Atau paling tidak mendekati ke sumber airnya,” ujar Bayu.
Selain memanfaatkan 5 sumber mata air tersebut, kata dia, BPBD juga sedang koordinasi dengan desa lain yang juga memiliki sumber air. BPBD akan kirim surat ke pemerintah desa, mengenai pemanfaatan sumber air untuk kemanusiaan.
Yakni, sumber air di Sorogenen, Desa Menayu (Muntilan); Dusun Noyogaten, Bandungrejo (Ngablak); Dusun Pakisan, Podosoko (Candimulyo); Desa Kapuhan (Sawangan); dan Desa Kalegen (Bandongan). (TB)