Tak Terjangkau Warga Solo, Tokoh Masyarakat : Evaluasi Konsep Solo Safari!

Jatengpress.com, Solo-Solo Safari dinilai kurang ramah terhadap warga Solo sendiri yang berkantung pas-pasan. Wahana rekreasi keluarga hasil revitalidasi taman satwa taru jurug (TSTJ) itu juga tak memberi ruang mencari nafkah bagi pelapak yang dulunya berjualan di sana. 

Tercatat sebanyak 120 lebih PKL eks TSTJ tak jelas bakal diperbolehkan berjualan lagi di Solo safari ataukah tidak. Di bawah manajemen Taman Safari Group itu, Solo Safari memperketat syarat kemitraan dengan tenant. Sedikit sekali kesempatan PKL bisa mengais rezeki di sana. 

Tokoh Masyarakat Solo, DR BRM Kusumo Putro mengaku keluh kesah para PKL tersebut kepada dirinya seakan menyayat hati. Tak sedikit dari mereka kini menganggur. Selama puluhan tahun mereka membersamai TSTJ namun kini tergusur di Solo Safari. 

“Seharusnya, dampak dari pembangunan Solo Safari itu tidak menyingkirkan pelaku usaha kecil atau PKL yang sudah berpuluh-puluh tahun menggantungkan hidupnya dengan berjualan disana. Mestinya mereka ditampung melalui penataan yang baik agar bisa kembali berjualan disitu,” ujarnya, Selasa (11/2/2025).

Taman Safari Solo dijanjikan penampilan baru, lebih modern dan wahana berbeda di atas lahan berukuran 14 hektare. Solo Safari pada tahun ini memasuki tahap ketiga pembangunan sejak dimulai di era kepemimpinan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka, beberapa waktu lalu. 

Kusumo menyempatkan diri mengunjungi obyek wisata itu. Ia melihat di sana tak banyak berubah dari TSTJ yang diakrabinya dulu. Menurutnya, jauh dari penampilan baru dan modern. Jika dibandingkan Jatim Park, maka tak sebanding meski harga tiket masuknya setara. 

“Di Jatim Park itu lebih lengkap koleksi hewannya, contohnya, di Solo Safari koleksi buayanya hanya satu jenis, sedangkan di Jatim Park ada beberapa jenis. Dengan lahan yang sangat luas, Solo Safari ini masih kelihatan kosong sehingga pengunjung hanya capek jalan-jalan saja,” ungkapnya.

Di Solo Safari, harga tiket premium hari libur Rp 110 ribu untuk dewasa dan Rp 80 ribu untuk anak-anak diatas usia 5 tahun. Sedangkan harga tiket premium di hari kerja, untuk dewasa Rp 90 ribu dan untuk anak-anak Rp 65 ribu. Paling murah adalah tiket reguler di hari kerja yakni Rp 55 ribu untuk dewasa dan Rp 45 ribu untuk anak-anak. Sedangkan tiket reguler hari libur Rp 75 ribu dewasa, dan Rp 60 ribu anak-anak.

“Melihat harga tiket tersebut, warga Solo seakan-akan hanya bisa menjadi penonton dari luar. Ada Solo Safari yang katanya keren, tapi sulit terjangkau harga tiketnya. Ketika kemarin saya kesana, yang signifikan berubah hanya bangunan di bagian depan, didalam juga ada sedikit perubahan tapi biasa saja,” bebernya.

Untuk itu, Kusumo berharap Pemkot Solo dengan kepemimpinan walikota yang baru, bersama DPRD Kota Solo segera melakukan evaluasi ulang konsep Solo Safari. Mengevaluasi perjanjian antara Pemkot Solo dengan pihak ketiga, yakni Taman Safari Group.

“DPRD bisa memanggil walikota bersama pihak ketiga yang ditunjuk mengelola Solo Safari. Minimal sebisa mungkin harga tiketnya diturunkan agar bisa terjangkau oleh warga Solo yang berpenghasilan rendah,” tandasnya (Abdul Alim)