Jatengpress.com, Magelang– Kepala Museum Sandi BSSN (Badan Siber dan Sandi Nasional), Setyo Budi Prabowo, mengatakan, ada 3 insiden siber yang paling sering menyerang. Yaitu, web defacement (mengubah tampilan situsweb), ransomware (enkripsi data/ file), dan data breach (pencurian data).
“Sedangkan CSIRT ada pada tingkat nasional (BSSN), CSIRT sektoral, CSIRT organisasi, dan CSIRT khusus,” katanya, dalam rapat koordinasi Penyelenggaraan CSIRT (Computer Security Incident Response Team) di Grand Artos Magelang, Selasa (10/9).
Jika terjadi insiden siber, saran Setyo, para agen siber segera melapor kepada CSIRT Organisasi (internal) melalui kontak resmi, misalnya melalui telepon, email, chat mesenger, dsb.
“Kemudian CSIRT Organisasi memverifikasi laporan berupa insiden atau hanya kesalahan konfigurasi. Jika insiden siber, CSIRT Organisasi melakukan penanganan sesuai SOP yang berlaku,” ujar Setyo.
Jika insiden tidak bisa ditangani, masih lanjut Setyo, CSIRT Organisasi dapat meminta bantuan CSIRT Sektoral dengan cara pengumpulan bukti insiden (foto/screenshot/log) kemudian menghubungi kontak resmi CSIRT Sektoral.
Perlu diketahui, Pemkab Magelang telah membentuk Tim Tanggap Insiden Siber atau Computer Security Incident Responce Team (MAGELANGKAB-CSIRT) melalui Keputusan Bupati Magelang Nomor: 180.182/90/KEP/15/2023 tentang Tim Tanggap Insiden siber (CSIRT) Kabupaten Magelang.
Tim ini dikoordinatori oleh Diskominfo Kabupaten Magelang dengan anggota perwakilan seluruh Perangkat Daerah di lingkungan Pemkab Magelang yang berperan sebagai Agen Siber.
Kepala Diskominfo Kabupaten Magelang, Budi Daryanto, berharap, CSIRT atau Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS) Kabupaten Magelang mampu mengawal keamanan informasi Pemerintah Kabupaten Magelang. Sehingga seluruh insiden siber dapat cepat dab tepat dilakukan penanggulangan dan pemulihan. (*)