Jatengpress.com, Semarang – Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Tengah (PWI Jateng) bersama Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (FH Unissula) Semarang menyelenggarakan Sekolah Jurnalistik Angkatan XXV secara daring pada Kamis 4 Desember 2025.
Kegiatan tersebut memberikan kesempatan eksklusif kepada 123 mahasiswa yang ikut untuk mendapatkan wawasan dan keterampilan jurnalistik langsung dari para ahlinya. Peserta adalah mahasiswa Fakultas Hukum Unissula yang berstatus reguler, Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) atau sudah bekerja serta eksekutif.
Sekolah Jurnalistik dibuka secara virtual oleh Dekan FH Unissula Prof Dr Jawade Hafidz SH MH, dihadiri oleh Ketua PWI Jateng Setiawan Hendra Kelana, Wakil Ketua PWI Jateng Bidang Pendidikan Alkomari, serta empat pemateri yaitu Ketua Dewan Kehormatan Amir Machmud NS, Sekretaris DK Achmad Zaenal Muttaqin, Badan UKW PWI Widiyartono Radyan, dan wartawan senior Budi Sutomo.
Hadir juga Wakil Dekan I FH Unissula Dr Widayati MH, Wakil Dekan II Dr Denny Suwondo MH. Selanjutnya Kaprodi S1 Ilmu Hukum Dr Muhammad Ngazis SH MH, Sekprodi S1 Ilmu Hukum Dr Ida Musofiana SH MH, dan Sekprodi S1 Ilmu Hukum Dini Amalia Fitri SH MH.
Ketua PWI Jateng Setiawan Hendra Kelana dalam sambutannya mengungkapkan, Sekolah Jurnalistik yang telah dirintis sejak 2016 telah memberikan manfaat bagi para lulusannya. Salah satu yang dia catat, seorang asisten komisioner Komisi Informasi Jateng juga merupakan lulusan Sekolah Jurnalistik PWI Jateng-FH Unissula.
”Ini merupakan bukti, bahwa lulusan yang punya kompetensi teknis menulis akan punya nilai tambah dan sangat dihargai saat terjun di dunia kerja. Dia bisa menelaah permohonan sengketa informasi dengan narasi dan bahasa hukum yang mudah dipahami,” kata Iwan, panggilan akrabnya.
Dia menambahkan, saat ini kebutuhan dunia jurnalistik tidak menjadi monopoli wartawan. Artinya siapa pun bisa menuangkan segala ide atau gagasan melalui karya tulis yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Dan PWI Jateng dan FH Unissula, tandas Iwan, terus berkomitmen memberikan pendidikan jurnalistik berkualitas tinggi kepada peserta. Peserta akan mendapatkan materi lengkap tentang Etika Jurnalistik, Teknik Menulis Artikel Ilmiah Populer, Menulis Pendapat Hukum, dan Konvergensi Media.
Selain itu, setiap tren digitalisasi seperti Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), isu-isu terkini di dalam dinamika jurnalistik juga disampaikan dalam sekolah ini.
”Kami berharap, para mahasiswa bisa memanfaatkan kegiatan ini. Bukan sekadar mendapatkan sertifikat pendamping kelulusan, tapi betul-betul menggunakan ilmu ini dalam tugas-tugas selanjutnya. Karena tidak semua lulusan punya bekal di bidang kepenulisan seperti halnya yang diperoleh lulusan Fakultas Hukum Unissula,” bebernya.
Memberikan Soft Skill
Sementara itu, Prof Jawade Hafidz saat membuka acara mengatakan, kerja sama FH Unissula bersama PWI Jateng lewat Sekolah Jurnalistik yang memasuki angkatan ke-25 merupakan agenda yang patut dilanjutkan dengan menambahkan kualitas dan kapasitas penyelenggaraannya.
”Sekolah Jurnalistik bermanfaat sebagai soft skill menulis bagi lulusan. Di sini diajarkan bagaimana menelaah sebuah berita lalu menuangkannya ke dalam tulisan, bagaimana ada keseimbangan antarsumber berita. Perlu dipahami, sekolah ini tidak hanya untuk menjadi seorang wartawan, tapi lebih dari itu ilmu jurnalistik bisa berguna untuk berbagai aktivitas profesi dan instansi,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara itu.
Dia menjelaskan, kegiatan ini memang bekal dasar menjadi wartawan. Namun dalam skala luas, berguna untuk bekal bekerja di instansi pemerintah, baik daerah hingga pusat. Kemampuan menulis yang dipahami akan dibutuhkan ketika lulusan berkecimpung dalam kehumasan di instansi.
”Itulah kenapa kami dan PWI memelihara Sekolah Jurnalistik ini karena memberikan kecakapan tambahan bagi lulusan Fakultas Hukum. Tujuan lainnya, adalah memperkuat daya saing individu dan institusi. Saya berpesan, bagi peserta untuk manfaatkan kesempatan singkat ini sebaik mungkin,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam materinya, Amir Machmud NS banyak mengupas tentang bagaimana seharusnya menjaga etika menulis atau memosting berita. Muncul konflik dalam pemberitaan, karena disebabkan ada pelanggaran etika, tidak akurat, dan tanpa konformasi.
Sedangkan R Widiyartono memberikan panduan bagaimana menulis artikel ilmiah populer dengan bahasa yang komunikatif dan efisien, menggali ide-ide, serta menyusun kalimat pembuka secara menarik.
Materi Konvergensi Media yang ditandai dengan digitalisasi, konvergensi teknologi dan konvergensi konten disampaikan Zaenal Muttaqin. Wartawan senior dan ahli hukum Budi Sutomo banyak menyampaikan kiat-kiat menulis legal opinion yang menjadi acuan dalam sebuah peristiwa hukum.
Alkomari yang juga Kepala Sekolah Jurnalistik PWI Jawa Tengah menuturkan, dari empat pemateri dalam Sekolah Jurnalistik ini ada dua materi yang selain teori, juga diisi dengan praktik yakni materi tentang penulisan artikel ilmiah populer dan materi menulis pendapat hukum (legal opinion).
“Melalui sekolah jurnaslitik ini diharapkan peserta tidak hanya mendapatkan wawasan dan pengetahun tentang jurnalistik dan ilmu hukum, tetapi juga berkesempatan berlatih praktik menulis yang dipandu pemateri,” tuturnya.
Ditambahkan, secara umum pelaksanaan Sekolah Jurnalistik Angkatan XXV kali ini berlangsung dengan baik. Beberapa peserta Sekolah Jurnalistik aktif bertanya dan berdialog dengan pemateri. (*)






