Pelayang Polandia Kagum dengan Layang-layang Train Naga dari Indonesia

Jatengpress.com, Purworejo -Purworejo Kite Festival atau Festival Layang-layang Purworejo kembali digelar untuk kali ke-6 di Pantai Ketawang, Desa Ketawang, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Festival Layang-layang digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu (10 & 11 Agustus 2024).

Dilihat dari animo masyarakat, Festival Layang-layang tahun ini mengalami jumlah penonton yang signifikan. Langit Pantai Ketawang pun semarak dengan puluhan layangan kantong (tanpa rangka/2D) berbentuk tokoh-yokoh film kartun yang sangat familiar di masyarakat.

Layang-layang Stitch (Lilo & Stitch) bersama dengan Superman, mengudara di langit Pantai Ketawang. (Foto: Jatengpress.com/NING)

Mulai dari layangan kantong berbentuk Superman, Stitch (dari Film Lilo & Stitch), Jerry (Tom and Jerry), Snoopy, ikan, penyihir dan puluhan bentuk lainnya yang menarik animo masyarakat. Yang paling ditunggu warga adalah layang-layang Train Naga yang memang sangat memikat para penonton.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Porapar) Kabupaten Purworejo, Stephanus Aan Isa Nugraha mengatakan, event akbar ini digelar sejak tahun 2015 hingga kini dan selalu diikuti oleh beberapa pelayang (sebutan pehobi layang-layang) dari luar negeri Tahun ini ada 6 pelayang kategori eksebisi Layang-layang Kantong dari luar negeri yakni Malaysia, Jepang, Singapura, Polandia, Belgia dan Perancis.

“Sedangkan dari dalam negeri, sebanyak 42 klub pelayang nasional dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemudian dimana 6 klub diantaranya berasal dari mancanegara, terdiri dari negara Selain itu ada 42 klub lainnya yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, 5 klub pelayang dari kota dan kabupaten di wilayah Provinsi DIY, serta 3 klub pelayang dari Kabupaten Purworejo,” tutur Aan di sela-sela menyaksikan para pelayang kategori Naga Train beraksi, Minggu (11/08/2024).

Wieslaw Gwizdala (celana kotak-kotak) pelayang dari Polandia, bertemu dengan Bupati Purworejo, Yuli Hastuti pada saat pembukaan Festival Layang-layang Purworejo di Pantai Ketawang. (Foto: Jatengpress.com/Ist).

Sebelumnya, dalam acara pembukaan, Bupati Yuli Hastuti dalam sambutannya menyampaikan, Festival Layang-layang ini juga menjadi kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi antar pelayang, serta untuk mempromosikan Purworejo sebagai daerah yang kaya akan budaya dan tradisi.

“Festival ini bukan hanya sebuah perlombaan, tetapi juga merupakan bentuk perayaan dan pelestarian tradisi yang telah lama ada di budaya kita. Melalui festival ini, kita tidak hanya merayakan keindahan layang-layang, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai-nilai kebersamaan dan kekuatan kreativitas,” kata Yuli Hastuti.

Tak hanya penonton yang antusias melihat dan mengagumi layang-layang berbentuk train naga. Bahkan, salah satu pelayang dari Polandia yang ikut di kelas eksebisi pun mengaku kagum dengan layang-layang sepanjang 100 meter lebih berkepala naga itu.

“Layang-layang naga sangat populer dan terkenal. Tapi layang-kayang naga di Indonesia sangat berbeda. Saya pernah melihat Dragon Kite (layang-layang naga) dari China (Tiongkok), sangat berbeda dengan Dragin Kite Indonesia. Buatan Indonesia sangat kuat dan sangat mahal,” kata Wieslaw Gwizdala yang berasal dari Leba, sebuah kota kecil di Polandia dalam Bahasa Inggris yang telah kami terjemahkan.

Gwizdala berharap, suatu saat ada pelayang Indonesia datang ke negaranya untuk memainkan layang-layang Train Naga atau Dragon Kite. Karena di Polandia sangat jarang yang membuat layang-layang jenis tersebut.

Untuk membuat sebuah kayang-layang train naga, memang diperlukan effort, skill dan biaya yang tak.murah. Seperti diungkap oleh seorang peserta asal Purworejo, Dani (47) yang ikut dalam kategori tain naga.

Untuk membuat satu layang-layang train naga, Dani dan timnya menghabiskan dana kurang lebih Rp30 juta.

“Kami ikut yang kelas train naga. Kebetulan saya koordinatornya. Kami ikut empat tim empat naga. Yang paling panjang sekitar 120 meter. Masing-masing biaya pembuatannya sekitar Rp 30 an juta,” kata Dani.

Untuk membuat satu layang-layang naga, Dani membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Sedangkan untuk menerbangkan satu layang-layang naga, dia harus mengerahkan paling tidak 10 orang. (NING)