JATENGPRESS, REMBANG – Ada dua faktor utama yang membuat Pengurus Pusat (Pap) Muhammadiyah akhirnya menerima tawaran pemerintah, untuk mengelola tambang.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan, pihaknya membutuhkan waktu kajian berbulan-bulan, sampai akhirnya menerima.
“Tidak gampang untuk iya dan tidak, kami punya filosofi, kamu jangan bertindak tanpa ilmu,” tandas Haedar kepada media saat berkunjung di Rembang, kemarin (13/8).
Haedar menambahkan, tambang yang dikelola bisa digunakan untuk semakin memberdayakan masyarakat sekitar. Lebih-lebih pihaknya memiliki banyak tenaga ahli di bidang pertambangan.
“Ada dosen-dosen lulusan luar negeri di bidang pertambangan. Kami punya 12 SMK tambang. Kami juga punya kader-kader pengusaha tambang,” ungkapnya.
Selain itu, Muhammadiyah ingin mewujudkan pengelolaan tambang yang tidak merusak lingkungan.
“Soal kemudian kita melangkah ada salahnya, nggak apa-apa. Ilmu kita ini ijtihad, kalau salah pahalanya satu, kalau benar pahalanya dua, yang penting niatnya tidak untuk merusak. Termasuk kami juga ingin berperan dalam pengembangan pertanian tebu, karena ingin meningkatkan kesejahteraan petani dan membantu pemerintah mewujudkan swa sembada gula,” tandas Haedar.
Ia menyebut keputusan itu selaras dengan pandangan Muhammadiyah, yakni Islam berkemajuan.
“Dengan konsep ikhsan, perbuatan yang utama. Kalau berbuat, harus yang terbaik, jangan asal-asalan. Kalau orang lain berbuat buruk pada kita, jangan dibalas dengan keburukan, bila perlu dibalas dengan kebaikan, itu ikhsan. Memang tidak mudah,” imbuhnya.
Sebelumnya, pemerintah menawarkan izin usaha pertambangan (IUP) batubara kepada Muhammadiyah. Ada 4 lokasi di Provinsi Kalimantan Timur. (yon)