22 Agustus 2025 10:28 GMT
Peringati 80 Tahun Kemerdekaan RI, Kiai Merah Tirakat Keliling Monas
Jatengpress.com, Jakarta – Muhammad Edi Suryanto, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Merah, kembali menjalankan ritual nirakati Indonesia di Monumen Nasional. Kedatangannya ke Jakarta pada Kamis 21 Agustus 2025 sore, pukul 16.00 WIB, langsung disambut dengan langkah spiritual mengelilingi Monas. Kali ini, Kiai Merah tidak sendiri. Ia didampingi teman seperguruan saat berguru di tempat Habib Hasan bin Muhammad bin Muhdor Al-Aydrus Purworejo Jawa Tengah, yaitu Haji Anang Rahmadi yang sekarang menjadi tokoh masyarakat di Martapura, Kalimantan Selatan. Ritual nirakati ini bukan sekadar laku pribadi. Ia meniatkan 80 kali putaran Monas sebagai doa bagi Indonesia yang berusia 80 tahun merdeka, sekaligus untuk Presiden Prabowo Subianto yang identik dengan nomor 08. Tema “80 08” menjadi pengikat doa-doanya. Namun, perjalanan batin itu kembali terbatas waktu karena jam buka Monas yang hanya sampai pukup 18.00 WIB. “Monas hanya dibuka hingga pukul 18.00 WIB, sehingga putaran yang saya niatkan belum bisa selesai. Meski demikian, doa kami tidak terputus hanya karena langkah fisik berhenti,” kata Kiai Merah, Kamis (22/08/2025). Laku nirakati sejatinya dimulai dari Tidar, Magelang, pada 16 Agustus 2025 pukul 23.45 WIB lalu. Kawasan itu dipercaya masyarakat Jawa sebagai pakunya tanah Jawa, titik pusat keseimbangan spiritual. Dari sanalah ia memulai niat dan doa untuk negeri. Sejak awal, jalan spiritual ini penuh rintangan. Pada 17 Agustus 2025 malam, beberapa kali putaran karena Monas ditutup lebih awal. Sehari kemudian, 18 Agustus, langkah Kiai Merah kembali terhenti setelah menerima kabar sang guru, Abuya KH Muhammad Thoifur Mawardi, sakit keras. Kabar itu kemudian berubah menjadi duka, Abuya Thoifur wafat pada 19 Agustus pukul 16.22 WIB dan dimakamkan sehari setelahnya di makam keluarga, Kompleks Pondo Pesantren Daruttauhid, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan/Kabupaten Purworejo. Karena wafatnya sang guru, Kiai Merah menghentikan sementara laku nirakati-nya sebagai bentuk penghormatan terakhir. Setelah kepergian sang guru, Kiai Merah melanjutkan janji spiritualnya. Baginya, doa dan ikhtiar batin harus dituntaskan. Sementara itu, pendamping laku tirakat, Haji Anang optimis janji akan selesai. “Janji ini harus selesai, meski dengan segala keterbatasan,” ujar Haji Anang Tokoh masyarakat asal Kalimantan yang kini menyertainya menjadi saksi perjalanan itu. Dia menyebut kehadirannya bukan kebetulan, melainkan bentuk cinta kepada teman seperguruan. “Saya ingin mendampingi kiai hingga doa ini selesai,” katanya singkat. Ritual mengelilingi Monas bukan pertama kali dilakukan Kiai Merah. Pada tahun 2018 lalu, ia pernah menuntaskan putaran serupa selama sembilan jam penuh. Bedanya, kali ini laku tersebut lebih sarat makna, karena bertepatan dengan usia kemerdekaan ke-80 dan kepemimpinan baru di Indonesia. Bagi Kiai Merah, setiap langkah mengelilingi Monas adalah pusaran doa. “Semoga Indonesia menjadi mercusuar dunia, dan Presiden Prabowo Subianto menjadi pemimpin yang amanah serta sehat sampai akhir masa jabatannya,” pungkas Kiai Merah. (tie/han)