Jatengpress.com, Senayan-Anggota DPR RI Komisi X, Juliyatmono, menilai pembaruan buku Sejarah Indonesia yang diluncurkan Kementerian Kebudayaan sebagai langkah penting untuk menjaga relevansi sejarah nasional dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal tersebut ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi X DPR RI yang membahas kebijakan kebudayaan dan pendidikan.
Menurut Juliyatmono, sejarah bukanlah narasi statis yang selesai sekali ditulis. Ia menekankan bahwa perubahan pendekatan riset, temuan arsip baru, serta dinamika sosial-politik menuntut adanya pembaruan berkelanjutan terhadap penulisan sejarah nasional.
“Sejarah harus dipahami sebagai ilmu yang terus bergerak. Jika tidak diperbarui, ia berisiko menjadi dogma, bukan sarana pembelajaran kritis,” ujarnya dalam rilis yang diterima Jatengpress.com, Selasa (16/12)
Ia menggarisbawahi pentingnya pendekatan ilmiah yang ketat dalam penyusunan buku sejarah, termasuk kejelasan pemisahan antara data faktual, tafsir sejarawan, dan opini. Selain itu, keberagaman perspektif dinilai krusial agar sejarah Indonesia tidak disajikan secara tunggal atau reduktif.
Dalam konteks pendidikan, Juliyatmono menilai pembelajaran sejarah perlu diarahkan pada penguatan daya analisis siswa, bukan sekadar penguasaan kronologi peristiwa. Sejarah, menurutnya, harus membantu generasi muda memahami proses pembentukan bangsa, dinamika kekuasaan, serta perubahan sosial yang membentuk Indonesia hari ini.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan komunitas akademik secara luas dalam proses penyusunan buku tersebut. Partisipasi sejarawan, peneliti, dan perguruan tinggi dinilai sebagai kunci untuk memastikan legitimasi dan kualitas akademik buku sejarah nasional.
“Buku ini seharusnya menjadi referensi terbuka, bukan dokumen tertutup yang kebal dari kritik,” kata Juliyatmono.
Komisi X DPR RI, lanjutnya, akan terus mengawal kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan agar sejalan dengan standar akademik global sekaligus memperkuat kepentingan strategis bangsa. Pembaruan buku sejarah nasional dipandang sebagai bagian dari investasi jangka panjang dalam membangun warga negara yang kritis dan berwawasan.
Peluncuran buku Sejarah Indonesia versi terbaru ini diharapkan menjadi titik awal penguatan pendidikan sejarah yang lebih rasional, inklusif, dan berintegritas ilmiah. (Abdul Alim)






