Juliyatmono Dorong BRIN Akselerasi Pemanfaatan AI dan Perkuat Ekosistem Riset Nasional 2026

Jatengpress.com, Senayan— Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Juliyatmono, mendesak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk segera mengoptimalisasi seluruh programnya. Secara khusus, ia menargetkan akselerasi pemanfaatan teknologi Kecerdasan Artifisial (AI) harus menjadi agenda riset nasional utama pada tahun 2026.

Penegasan ini disampaikan Juliyatmono dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi X DPR RI dengan BRIN. Ia menilai bahwa BRIN memegang peran kunci dalam membangun arsitektur riset nasional yang modern, responsif, dan kompetitif secara global.

Juliyatmono menekankan perlunya pergeseran dari model riset konvensional yang terfragmentasi menuju ekosistem riset terpadu. Menurutnya, kerangka strategis yang dipaparkan BRIN, meliputi penguatan SDM Iptek, tata kelola infrastruktur, ekosistem intermediasi, serta hilirisasi, harus diterjemahkan ke dalam program yang lebih agresif, terukur, dan akuntabel.

“Indonesia tidak bisa bertahan dengan riset yang terfragmentasi. BRIN harus membangun ekosistem terpadu yang mendorong kolaborasi multipihak dan transfer pengetahuan lintas sektor,” jelasnya dalam rilis yang diterima Jatengpress.com, Senin (8/12/2025) 

Juliyatmono menyoroti posisi AI sebagai general-purpose technology yang dapat mempercepat kualitas riset, validasi ilmiah, hilirisasi inovasi, serta respons kebencanaan. Ia menyatakan bahwa pemanfaatan AI harus menjadi agenda prioritas riset nasional tahun 2026.

Ia mendorong BRIN mengambil langkah strategis terkait AI, antara lain mengintegrasikannya dalam riset kebencanaan, seperti pemodelan risiko dan sistem deteksi dini. Selain itu, penting untuk mengembangkan National AI Research Roadmap 2026–2030 yang menghubungkan riset BRIN dengan industri dan perguruan tinggi. Peningkatan hilirisasi inovasi berbasis AI, termasuk otomasi riset dan pengembangan teknologi pangan, energi, serta logistik kemanusiaan, juga menjadi fokus.

“Tanpa integrasi AI yang sistematis, Indonesia akan kehilangan momentum transformasi digital yang menentukan daya saing negara pada dekade berikutnya,” tegasnya.

Juliyatmono juga menekankan bahwa hasil riset BRIN harus menghasilkan solusi nyata bagi masyarakat. Ia menyoroti pentingnya memperluas pemanfaatan inovasi yang sudah ada, seperti teknologi air siap minum arsenium dan ground penetration radar, secara nasional.

Ia juga meminta BRIN memperkuat kolaborasi riset dalam isu-isu strategis seperti deforestasi, mitigasi bencana, serta pengembangan teknologi pangan dan sandang darurat bagi korban bencana.

Mengakhiri RDP, Juliyatmono menegaskan komitmen Komisi X DPR RI untuk memperkuat dukungan regulasi dan anggaran bagi BRIN. “Optimalisasi BRIN bukan sekadar kebutuhan birokratik—ini adalah investasi strategis negara bagi ketahanan ekonomi, kemandirian teknologi, dan masa depan Indonesia,” pungkasnya. (Abdul Alim)