“Corporate Farming”, Solusi Atasi Inefisiensi Usahatani dan Krisis Regenerasi Petani di Purbalingga

Jatengpress.com, Purbalingga–Usaha tani konvensional di Kabupaten Purbalingga saat ini mulai tidak efisien. Hal itu akibat tingginya biaya produksi dan sempitnya skala lahan garapan. Untuk itu, mendesak perlunya perubahan dalam sistem pertanian. Dan penerapan Corporate Farming dapat menjadi pilihan kritis atau solusi untuk mengatasi inefisiensi usahatani dan krisis regenerasi petani.

“Untuk itu, mendesak perlunya perubahan dalam sistem pertanian. Dan penerapan Corporate Farming dapat menjadi pilihan kritis atau solusi untuk mengatasi inefisiensi usahatani dan krisis regenerasi petani,” tegas Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Dr Rizqul Karim S.P, M.Sc pada Focus Group Discussion (FGD) bertema “Tata Kelola dan Manajemen Corporate Farming di Sektor Pertanian”.

Kegiatan berlangsung di Ruang Andrawina Hotel Owabong , Purbalingga, Rabu (26/11/2025), diselenggarakan oleh Bapelitbangda Purbalingga. Tujuan kegiatan ini dalam rangka merealisasikan Program Prioritas dan Program Unggulan Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga Periode Tahun 2025–2029, khususnya melalui penguatan Program Corporate Farming.Peserta FGD

Hadir dalam kesempatan tersebut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Purbalingga Mukodam S.Pt, Plt Kepala Badan Perencanaan Pembangunan , Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Purbalingga Ato Susanto A.P., M.Si., CGCAE., CFrA, dan sejumlah tamu undangan dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta berbagai pihak terkait.

Dalam paparannya berjudul “Transformasi Pertanian: Tata Kelola dan Manajemen Corporate Farming menuju Efisiensi dan Kemandirian Pangan Daerah”, Rizqul Karim mengemukakan, akar masalah pertanian saat ini sangat kompleks. Selain akses permodalan dan adopsi teknologi yang rendah, persepsi generasi muda terhadap profesi petani menjadi kendala serius.

“Masalah regenerasi petani saat ini kurang baik. Pemuda memandang profesi petani kurang keren, sehingga enggan melanjutkan kegiatan pertanian orang tuanya,” ujar Rizqul Karim yang juga dosen Program Doktoral (S3) Ilmu Pertanian Unsoed ini.

Transformasi Kelembagaan Jadi Kunci
Selanjutnya Rizqul Karim menmgemukakan, filosofi utama Corporate Farming adalah konsolidasi, efisiensi, dan korporatisasi. Petani tidak lagi didorong untuk bekerja sendiri-sendiri, melainkan berkolaborasi dalam satu manajemen berbadan hukum seperti koperasi.

“Kunci utama keberhasilan corporate farming berada pada transformasi kelembagaan dan manajemen, bukan hanya sebatas bantuan alsintan (alat dan mesin pertanian-red),” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya transformasi kelembagaan pertanian. Kelompok Tani maupun Gapoktan diharapkan berubah dari lembaga sosial menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) yang berorientasi bisnis, sebagaimana diatur dalam Permentan Nomor 18 Tahun 2018.

“Dibutuhkan komitmen jangka panjang dan keterlibatan lintas sektor seperti penerapan konsep pentahelix dalam mewujudkan Corporate Farming,” tegasnya.

Agar konsep ini berjalan optimal, lanjut Rizqul karim, dibutuhkan manajemen operasional yang profesional. Standar Operasional Prosedur (SOP) harus diterapkan dari hulu hingga hilir, disertai transparansi keuangan dan distribusi pendapatan yang adil bagi seluruh anggota.

“Tujuannya agar tercapai efisiensi input dan keuntungan usaha tani yang maksimal,” ujar Rizqul Karim. (Iko)