TITD HOO HOK BIO : TITD Hoo Hok Bio di Gang Cilik Nomor 7, Pecinan Kelurahan Kranggan, Semarang Tengah, nampak anggun. Berada menyatu dengan pasar legendaris Pecinan, Pasar Gang Baru, kelenteng ini nampak anggun dan indah. Foto : Jatengpress.com/Sucipto
Jatengpress.com, Semarang – Berjalan-jalan di kawasan Pecinan Semarang saat ini terasa lebih nyaman. Setelah Pemerintah Kota Semarang meresmikan revitalisasi kawasan tersebut pada perayaan tahun baru Imlek pada akhir Januari 2025 lalu, sejumlah ruas jalan di kawasan heritage wisata religi dan budaya ini menjadi lebih bersih dan elok.
Kawasan Pecinan yang masuk Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, berdiri sejumlah kelenteng yang semuanya berusia ratusan tahun, beberapa di antaranya menjadi bangunan cagar budaya.
Salah satunya, Kelenteng Hoo Hok Bio di Jalan Gang Cilik Nomor 7. Lokasinya agak tersembunyi, berada di sebuah gang persis bersebelahan dengan Pasar Gang Baru. Menuju TITD Hoo Hok Bio ini bisa melewati Gang Warung, atau dari jalan Wotgandul Timur kemudian melewati Gang Mangkok.
Poo Pek Tho alias Andy, Ketua Harian Kelenteng Hoo Hok Bio mengungkapkan, Kelenteng Hoo Hok Bio berdiri sejak tahun 1792.
Herijanto, Wakil Ketua TITD Hoo Hok Bio mengungkapkan, bangunan TITD Hoo Hok Bio masuk dalam cagar budaya yang ditetapkan oleh Pemkot Semarang dengan nomor B 35.
Andy mengatakan, luas kelenteng kurang lebih 400 meter persegi, persis berdekatan dengan Pasar Gang Baru.
Dengan letak agak tersembunyi, dengan gang kecil yang tidak bisa diakses mobil, namun Kelenteng Hoo Hok Bio memiliki sejumlah daya tarik. Lingkungan halaman kelenteng nampak bersih. Di dinding sebelah kiri halaman kelenteng, umat atau warga yang berkunjung disuguhi lukisan relief berukuran besar di tembok, yaitu lukisan relief tiga dewa, Fu Xing, Loe Xing, dan Siu Xing.
Lauw Kiem Siauw, Seksi Sembahyang di TITD Hoo Hok Bio menerangkan, Fu Xing merupakan harapan banyak rejeki, Loe xing simbol harapan banyak anak, dan Siu Xing simbol harapan panjang umur.
Di ruang utama kelenteng terdapat tempat bersembahyang kepada Dewa Bumi Hok Tek Tjing Sien.
Di TITD ini dahulu tiga tempat sembahyang, yaitu tuan rumah Hok Tek Tjin Sien, Dewi Kwan Im, dan Kongco Kwan Kong.
“Kemudian sekarang ada Chia Kun Kong, Bilik Hu Co, Chi Kung, Jay Sen Ya, Sam Poo Tay Djien, dan Tju Sen Nyiang Nyiang,” kata Andy.
TIGA DEWA : Lukisan relief tiga dewa berukuran besar di dinding depan Kelenteng Hoo Hok Bio, yaitu lukisan Fu Xing merupakan harapan banyak rejeki, Loe xing simbol harapan banyak anak, dan Siu Xing simbol harapan panjang umur. Foto : Jatengpress.com/Sucipto
Kelenteng Hoo Hok Bio memiliki sejumlah agenda perayaan rutin tahunan. Kegiatan inti jit gwee (setiap bulan 7) berupa sembahyang arwah, dan sembahyang rutin umat setiap tanggal 1 dan 15 sembahyang, serta sembahyangan tahun baru Imlek.
Selain itu, Hoo Hok Bio juga aktif mengikuti ritual yang diadakan kelenteng lain. “Kalau diundang, kita hadir ikut perayaan di kelenteng tersebut,” ujar Andy.
Karena nyaris tidak dilewati kendaraan lalu lintas umum, lingkungan kelenteng ini nampak anggun dan tenang, jauh dari kesan berisik. Dengan ornamen lukisan dan lingkungan yang bersih, begitu nyaman untuk berada di kelenteng ini.
Setiap saat terlihat umat atau warga sekitar duduk-duduk di teras kelenteng, dengan penerangan yang memadai di sore dan malam hari, menambah suasana kian semarak.
Andy yang warga asli Pecinan, mengatakan, sebagai generasi penerus, merasa wajib menjaga dan melestarikan kelenteng Hoo Hok Bio.
“Kita generasi penerus wajib melestarikan peninggalan leluhur kita. Saya lahir di Gang Baru, sampai berumah tangga, sampai tua disini. Dari kesan saya, Pemerintah selalu memperhatikan pembangunan di Pecinan. Semua terjaga, baik pasar, kegiatan peribadatan, perayaan perayaan semua terjaga sampai sekarang,” papar Andy.
Sementara itu, Handi Suwandi, biokong (penjaga kelenteng) Hoo Hok Bio mengatakan, keluarga besar Hoo Hok Bio siap untuk menyambut wisatawan.
“Yang dipersiapkan untuk menyabut wisatawan, ada cerita tentang dewa-dewa, sejarah singkat tentang dewa dewa yang ada disini, pengetahuan kelenteng dan vihara di Jawa pada umumnya, turis datang, kita akan jelaskan. Bisa guide bagi wisatawan,” kata dia.
Dia berharap setelah revitalisasi Pecinan, turis asing maupun lokal yang dagang ke Pecinan, bisa belanja di lingkungan ini.
Diapun berharap adanya shelter atau lapak yang menjual souvenir bagi para turis. Souvenir bisa berbagai macam kerajinan khas Pecinan.
Bahkan ingin membangun image bahwa ke Semarang dan ke Ecinan, belum lengkap rasanya kalau belum ke Hio Hok Bio. (Cip)