Jatengpress.com, Temanggung – Ratusan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Musthofa Tebuireng 16 Wadas, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, menggelar Shalat Ghaib dan tahlil bersama, Minggu (05/10/2025) menjelang shalat Ashar.
Kegiatan ini sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan mendalam atas musibah ambruknya mushola di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang menyebabkan banyak santri meninggal dunia dan luka-luka.
Suasana haru dan khidmad menyelimuti doa bersama. Para santri tampak larut dalam lantunan tahlil dan doa, sebagai cermin eratnya ikatan persaudaraan dan kepedulian antarpondok pesantren di seluruh Indonesia.
Shalat Ghaib dipimpin pengasuh Ponpes Al Musthofa Tebuireng 16, KH Agus Ahmad Yani. Dalam doanya, Kiai Agus memohon agar para santri yang meninggal dunia dapat memperoleh predikat husnul khotimah dan dianggap syahid karena wafat saat menuntut ilmu dan beribadah.
“Musibah ini adalah duka kita bersama, duka seluruh keluarga besar pesantren. Melalui Shalat Ghaib dan tahlil ini, kita mendoakan saudara-saudara kita di Sidoarjo,” ujar KH Agus Ahmad Yani.
Bagi korban selamat, tim evakuasi, dan keluarga yang ditinggalkan, dipanjatkan doa secara khusus oleh sang kiai.
“Kami berharap, para santri yang luka-luka segera diberi kesembuhan total. Keluarga yang ditinggalkan, tetap tabah dan sabar menerima takdir Allah SWT. Semoga tim SAR dan relawan diberi keselamatan dan kelancaran dalam proses evakuasi,” terangnya.
KH Agus Ahmad Yani, yang juga sarjana teknik sipil, turut menyoroti pentingnya aspek teknis dalam pembangunan fasilitas pesantren.
“Kejadian ini harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Sebagai sarjana teknik, saya berpesan agar konstruksi bangunan harus benar-benar sesuai spesifikasi dan standarisasi teknik sipil yang berlaku,” tegas Kiai Agus
Dia menekankan, perencanaan matang, pemilihan material berkualitas, dan pengawasan pembangunan yang ketat adalah kunci untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi santri saat menempati gedung.
“Fungsi bangunan, terutama yang dipakai ratusan santri, harus aman. Perhitungan struktur tidak boleh diabaikan. Keselamatan adalah prioritas utama,” pungkasnya.
Kegiatan doa bersama ini menjadi simbol nyata bahwa persaudaraan sesama santri tidak terbatasi oleh jarak, sekaligus memantik kesadaran kolektif mengenai pentingnya standar keselamatan bangunan di lingkungan pondok pesantren. (TB)