Dr H Moh Tantowi MAg : Agama dan Solusi Problematika Keumatan

Jatengpress.com, Mungkid – Agama dan Solusi Problematika Keumatan.” Demikian tema yang diangkat oleh Dr H Moh Tantowi MAg, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam Kajian Rebo Legen di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) An-Nuur Kabupaten Magelang, Rabu (27/08/2025).

Secara kontekstual, menurut Tantowi, agama dapat diposisika  untuk beragam sumber. Antara lain, sumber nilai, sumber gagasan, sumber makna, kritik dan transformasi sosial. Sehingga agama bukan sekadar ruang privat tetapi juga sumber solusi yang selalu relevan dengan dinamika problematika umat.

“Agama berperan mengatur dan menuntun kehidupan yang harmoni antara balun minnallah dan hablun minannas,” tandas Tantowi, di depan ratusan jamaah laki-laki dan perempuan yang memadati ruang ibadah utama MAJT An-Nuur.

Dia menyebut prinsip utama agama adalah mengandung nilai universal yang selalu relevan dan selaras debgan dinamika zaman (sholihun li kulii wa makan). Al Qur”an adalah kitab suci yang berbahasa arab tetapi mengandung makna universal (Al Qur”an arabiyyun lafdzan wa alamiyyun manan).

Oleh karena itu, masih lanjut Tantowi, diperlukan intepretasi yang dinamis, kontekstual, inklusif dan humanis. Universalitas makna al Qur”an perlu digali terus menerus sebagai jawaban terhadap problem keumatan yang terus berkembang.

Ilmu merupakan produk pemahaman yang terbagi dua. Yakni, bersifat informatif dan fungsional. Ilmu yang hanya bersifat informatif tidak mampu memberikan pemikiran dan perilaku bagi penerima informasi.

Sebaliknya, ilmu yang bersifat fungsional dalam perspektif agama merupakan pengetahuan fungsional. Artinya, ilmu yang benar-benar betimplikasi menghidupkan dorongan kuat untuk melakukan perbuatan sesuai dengan petunjuk ilmu yang dicerna.

Tantowi menyebut contoh. Kedzaliman akan dibalas dengan siksa di akhirat (sebagai ilmu) karena mampu melahirkan kesadaran untuk menghindari berperilaku dzalim (sebagai hal, kesadaran batin), dan lahirlah perilaku adil dalam kehidupan (sebagai amal).. 

Having religion bermakna memiliki identitas formal agama, tetapi belum tentu mengamalkannya. Sedang being religious adalah terinternalisasinya ajaran agama dalam perilaku. 

“Status yang kedua inilah bermakna meletakkan agama sebagai jalan hidup (way of life) dan pandangannya terhadap dunia (world view). Pada status seperti ini agama akan menjadi panduan dan jawaban bagi seluruh persoalan hidupnya,” pungkas Tantowi. (TB)