Jatengpress.com, Magelang – Para Bhiksu Tudhong telah tiba di bumi Magelang, Jumat (09/05/205) sekitar pukul 11.00 WIB.
Mereka disambut penuh kehangatan oleh Bupati Grengseng Pamuji serta Wakil Bupati Magelang Sahid, bersama jajaran Forkopimda di Aula Kecamatan Secang sambil beristirahat sejenak
Bupati Grengseng mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran 38 Bhiksu Thudong tersebut.
“Kami merasa terhormat dan berbahagia dapat menyambut para Bhiksu yang membawa pesan kedamaian dan kebijaksanaan di bumi ini,” ucap Grengseng.
Grengseng mengutarakan, Magelang memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Dia percaya, kehadiran Bhiksu Thudong dapat memperkaya pengalaman spiritual dan budaya bagi masyarakat.
Perjalanan spiritual para Bhiksu ini bisa menjadi inspirasi dan kesempatan untuk mempererat hubungan antara umat Buddha dan menebar kebajikan masyarakat, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kedamaian dan harmoni.
Perjalanan sangat jauh yang ditempuh para Bhiksu sebagai penghormatan terhadap nilai-nilai luhur Dhamma. Bukan hanya fisik, tapi juga batiniah, mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan pengendalian diri di tengah berbagai tantangan.
“Untuk itu saya berharap para Bhiksu dapat merasa nyaman dan aman selama berada di Magelang,” harapnya.
Grengseng percaya, kehadiran Bhiksu Thudong dapat membawa berkah dan kebaikan bagi masyarakat Magelang yang dikenal sebagai daerah religius dan toleran.
Tak lupa, bupati juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelenggaraan acara penyambutan ini.
“Kami percaya bahwa dengan kerja sama dan kepedulian kita bersama dapat membuat perjalanan para Bhiksu ini sukses dan membawa manfaat bagi masyarakat,” ucap Grengseng.
Ketua Umum Panitia Internasional Thudong, Welly Widadi, merasa bangga dan gembira atas indahnya toleransi di Kabupaten Magelang ini. Tidak hanya umat Budha saja yang menyambut kedatangan Bhiksu Thudong, tetapi saudara umat muslim, hindu, khatolik dan Kristen pun ikut menyambut.
“Kami ini selalu didampingi oleh salah satu teman kita yang beragama muslim dari kesultanan Cirebon,” ungkap Welly.
Menurut dia, perbedaan ini menjadikan kekayaan buat bangsa di Indonesia. Dia mengatakan, para Bhiksu berjalan kaki menuju Borobudur sambil mendoakan masyarakat di Indonesia.
“Mereka juga memiliki misi untuk mempromosikan Borobudur di mata dunia,” ungkap Welly.
Para Bhiksu Thudong ini terus menyuarakan pariwisata Borobudur menjadi salah satu tujuan pariwisata Bhudda di dunia. (TB)