Hujan, Pradaksina di Candi Mendut Ditiadakan

Jatengpress.com, Borobudur – Guyuran air hujan dari langit seakan mengakhiri prosesi pensakralan air suci Waisak yang diambil dari sumber Jumprit di Ngadirejo, Temanggung, pada Minggu (11/05/2025) sore.

Bahkan prosesi pradaksina pun batal dilaksanakan karena cuaca yang tidak mendukung. Pradaksina atau jalan kaki mengelilingi Candi Mendut 3 kali kali putaran sebagai bentuk penghormatan kepada Buddha yang bersemayam di candi.

“Karena hujan, maka hari ini tidak bisa melaksanakan pradaksina,” ujar Bantai Lapito Mahatera, ditemui usai pensakralan air suci Waisak.

Seperti setiap kali peringatan Tri Suci Waisak selalu memanfaatkan air dari sumber Jumprit sebagai tempat suci dan memiliki air yang sakti.

Bagi umat Buddha, kata Bantai Lapito, air diyakini bisa memberikan kesejukan dan ketenangan bagi kehidupan spiritual. Sebagai sarana untuk dapat membersihkan hati.

“Air sebagai alat yang membuat umat seluruh dunia ini bisa untuk menjalani kehidupan. Tanpa air kita tidak dapat hidup di dunia ini,” paparnya.

Air suci dari Jumprit yang dibawa ke pelataran Candi Mendut kemudian disakralkan. Didoakan agar menjadi berkah yang mampu memancarkan kemurnian dan ketenangan. (TB)