Cuaca Tak Menentu, Petani Tembakau Kesulitan Jemur Hasil Panen

Jatengpress.com, Magelang – Cuaca yang tidak menentu dalam beberapa waktu terakhir telah menimbulkan kerisauan di kalangan masyarakat petani. Termasuk kalangan petani tembakau di kawasan lereng Timur Gunung Sumbing yang kini tengah memasuki masa panen.

Akibat curah hujan yang turun beberapa hari belakangan, banyak tanaman tembakau di ladang dibiarkan begitu saja. Karena kalau dipanen, petani harus mengeluarkan biaya ekstra yang tak sedikit untuk ongkos petik daun dan belum tentu sebanding dengan harga jualnya. 

Pada sisi lain, banyak yang kesulitan dalam proses pengeringan karena sinar matahari seringkali tertutup mendung bahkan hujan. Alhasil, sebagian daun tembakau yang sudah dirajang serringkali tidak kebagian waktu untuk dijemur karena faktor cuaca.

Menurut Sholeh Nurcholis, petani di Kecamatan Windusari, kenyataan saat ini benar-benar menjadi ujian berat bagi petani tembakau. Bahkan imbasnya juga menimpa petani pembudidaya komoditas lain seperti padi, jagung dan cabai akibat adanya serangan hama tikus dan patek. 

Dalam kondisi alam seperti sekarang ini, benar-benar membuat masyarakat petani harus menanggung rugi tak terkira. “Meski gudang sudah dibuka, tetapi grader (perwakilan pabrik rokok -Red) masih sangat hati-hati dalam pembelian” katanya, Rabu (20/08/2025).  

Sholeh menyebut, masa panen tembakau musim ini tergolong mundur. Puncak masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada September mendatang. Para petani di wilayah Windusari biasa membudidayakan bahan baku produksi rokok itu jenis tembakau Temanggungan.

Kondisi yang tidak jauh berbeda terpantau di kalangan petani tembakau dataran rendah. Antara lain, di sebagian wilayah Kecamatan Mungkid dan Muntilan. Lahan-lahan sawah ladang yang musim sebelumnya masih ditanami tembakau, kali ini sudah tidak terlihat lagi. 

Mengutip data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, luas areal tanaman tembakau musim ini diperkirakan mencapai 2.430 hektare. Lebih luas dibanding musim tanam tahun 2024 lalu, sekitar 3.250 hektare.

Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Widiarto Tri Saksono, mengimbau agar para petani menerapkan pola tumpangsari tanaman tembakau dengan hortikultura lain, sebagai antisipasi kerugian dampak cuaca ekstrem saat ini. (TB)