Panen Raya Padi KWT Sumber Sari, Bukti Nyata Ketahanan Pangan dari Tangan Perempuan Desa Kebongunung

Jatengpress.com,Purworejo-Suasana pagi di Desa Kebongunung, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Kamis (8/5/2025), terasa berbeda. Sejak pukul 09.00 WIB, para ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sumber Sari telah berkumpul di sawah, berselimut semangat dan harapan. Hari itu, mereka menggelar panen raya padi simbol keberhasilan sekaligus wujud nyata dari program ketahanan pangan nasional.

Dengan sabit, dan senyum yang tak pernah luntur, para perempuan tangguh ini memanen padi dari enam titik lahan dengan total luas 5.500 meter persegi. Tak sekadar bertani, mereka mengelola dengan manajemen modern menyewa tanah eks bengkok desa, mencatat biaya, dan merancang hasil untuk menopang kebutuhan pangan hingga mendukung kas komunitas perempuan.

“Kami tanami varietas terbaik seperti Umbul-Umbul, Ciherang, Menthik, dan Sibagendit. Dari Sawah Sikapas hingga Dusun Ngaglik, semua kami kelola bersama. Dana sebesar Rp8,64 juta dari Dana Desa kami gunakan sesuai RAB, transparan dan akuntabel,” kata Dwi Muharti, Ketua KWT Sumber Sari Kebongunung.

Diceritakan, hasil panen tidak dijual seluruhnya. Sebagiannya untuk konsumsi warga, sisanya masuk ke kas dusun-menjadi dana mandiri yang dapat digunakan untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

Sementara itu, Kepala Desa Kebongunung, Fatah Handogo Kusumo menyebut, langkah ini sebagai implementasi langsung dari instruksi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang menetapkan alokasi 20 persen Dana Desa untuk ketahanan pangan.

“Kami serius menjalankan amanat Presiden. Program ini bukan hanya soal tanam dan panen, tapi juga soal kemandirian, keberdayaan, dan keberlanjutan,” tutur Fatah.

Lanjutnya dijelaskan, KWT Sumber Sari bukan baru kali ini bergerak. Sejak 2023, mereka telah membudidayakan jagung dan kacang tanah. Kini mereka naik kelas dengan padi organik. Ke depan, visi besar telah disiapkan budidaya palawija di lahan seluas enam hektare di lima dusun dan tanah desa.

“Tujuan kami jelas menjadikan Kebongunung sebagai lumbung pangan mandiri. Kami ingin desa ini tak hanya cukup makan, tapi juga kuat secara ekonomi dari hasil bumi sendiri,” pungkas Fatah. (*)