Jatengpress.com, Kuningan – Ada satu hal yang membanggakan dari proses pemberdayaan kaum disabilitas. Salah satunya, Inovasi Sheltered Workshop Peduli (SWP) Sentra Terpadu Kartini di Temanggung yang makin berkembang dan menunjukkan dampaknya.
SWP dengan ikon produk batik ciprat hasil karya penyandang disabilitas kini telah direplikasi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dan disambut antusias. Dalam tempo 2 bulan, ratusan hingga hampir seribu pesanan masuk dari berbagai kalangan.
Pemberdayaan berbasis masyarakat berlabel SWP ini dilaksanakan melalui SWP Graha Berdaya Kuningan, di Desa Tambakbaya, Kecamatan Garawangi.
Di sini, penyandang disabilitas mental mendapatkan pelatihan intensif, mulai dari teknik menciprat malam, membuat motif, pewarnaan, penjemuran, hingga proses melorot. Setiap tahapan dilakukan dengan tekun dan penuh ekspresi kreatif.
Menurut Dewi Suhartini, Kepala Sentra Terpadu Kartini Temanggung, SWP Graha Berdaya ini merupakan replikasi dari inovasi SWP yang telah lebih dulu berkembang di berbagai wilayah kerja Sentra Terpadu Kartini di Temanggung.
“SWP adalah inovasi untuk memberikan ruang pemberdayaan bagi penyandang disabilitas. Kami ingin mereka bisa mengekspresikan diri, menghasilkan karya bernilai ekonomi, dan setara dalam berkarya,” ujarnya.
Antusiasme masyarakat Kuningan terlihat jelas pada momentum launching SWP Graha Berdaya Kuningan dan Fashion Show Batik Ciprat yang berlangsung di Gedung Dewangga, Rabu 10 Desember 2025.
Dalam acara tersebut, Bupati Kuningan, Dian Rahmat Yuniar, resmi meluncurkan batik ciprat lokal dengan nama Batik Ciprat Jamuju, terinspirasi dari pohon endemik khas Gunung Ciremai Kuningan.
Tidak sekadar memberi nama, Bupati Dian Rahmat Yuniar juga mengeluarkan imbauan ke seluruh ASN di Kabupaten Kuningan agar mengenakan Batik Ciprat Jamuju pada hari tertentu sebagai dukungan terhadap karya penyandang disabilitas.
“Semua manusia perlu diberdayakan tanpa memandang latar belakang. Batik ciprat ini adalah wujud komitmen kita untuk mendorong penyandang disabilitas agar bisa berfungsi sosial, mandiri, dan bermanfaat,” tutur Bupati.
Salah satu model fashion show, Sellma Putri Rahayu, mengaku bangga mengenakan batik ciprat karya penyandang disabilitas.
“Rasanya luar biasa. Saat tahu pembuatnya adalah penyandang disabilitas, saya semakin terharu. Semoga mereka terus diberi ruang untuk berkarya,” katanya.
SWP sendiri merupakan inovasi Sentra Terpadu Kartini Temanggung berbasis pemberdayaan inklusi, dengan fokus pada peningkatan keterampilan dan kemandirian ekonomi penyandang disabilitas.
Keberhasilan replikasi di Kuningan menjadi bukti bahwa model pemberdayaan ini dapat diperluas dan memberikan dampak nyata. Replikasi serupa akan terus dilakukan di wilayah kerja Sentra Terpadu Kartini Temanggung. (TB)







