Purwokerto, Jatengpress.com – Karya tulus penuh warna dari siswa SLB ABCD Kuncup Mas Banyumas yakni sebuah rangkaian pementasan yang menyentuh hati dan membuka mata kita tentang indahnya alam lewat puisi, nyanyian, tarian, dan drama yang di gelar pada hari Kamis, 21 Agustus 2025 di Aula Bambang Lelono, FIB Unsoed, mulai pukul 09.00 WIB. – selesai. Free HTM, ungkap Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unsoed Prof.Dr. Ely Triasih Rahayu, S.S.,M.Hum. saat bincang-bincang dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com pada hari ini Minggu 24 Mei 2025.
Suasana penuh semangat mewarnai kegiatan pengabdian masyarakat yang digelar oleh Tim Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unsoed yang diketuai oleh Gita Anggria Resticka, S.S.,M.A bersama Tim yaitu Uki Hares Yulianti, S.Pd.,M.Pd., dan Nadia Gitya Yulianita, S.Pd.,M.Li. Kegiatan ini merupakan Hibah Program Pengabdian Masyarakat Kemendiktisainteks 2025 melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat yang bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa ABCD Kuncup Mas Banyumas, ujar Gita.
Kegiatan tersebut menghadirkan pementasan drama inklusif, yang melibatkan siswa berkebutuhan khusus bersama teman-teman mahasiswa. Drama yang ditampilkan bukan sekadar hiburan, melainkan menjadi media edukasi dan ruang ekspresi bagi para siswa SLB ABCD Banyumas untuk menunjukkan kemampuan, keberanian, sekaligus kreativitas mereka. Kegiatan tersebut merupakan puncak dari rangkaian tema pengabdian Sastra Hijau : Pelatihan Apresiasi Sastra Bertema Ekologi di SLB Banyumas dengan Pendekatan Inklusif dalam Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus, jelas Gita yang juga dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Unsoed.
Pada awal kegiatan menurut Gita telah dilaksanakan sosialisasi gerakan literasi sekolah sastra hijau melalui apresiasi sastra dan penerapan teknologi bertema sampah. Selanjutnya, dilaksanakan pendampingan untuk menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan berupa naskah drama yang dipentaskan pada pementasan drama inklusif. Dengan pendampingan mahasiswa yang berasal dari gagasan, para siswa dilatih untuk menghafal dialog, mengekspresikan perasaan melalui gerak dan mimik, serta bekerja sama dalam alur cerita yang sederhana namun sarat makna, kata Gita.
“Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mendidik. Anak – anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Melalui pementasan drama inklusif, Tim dari FIB Unsoed ingin menunjukkan bahwa setiap anak memiliki potensi. Program ini juga sebagai satu bagian dari aksi nyata kampus berdampak dalam pendidikan inklusif yang menjadi jembatan untuk menumbuhkan empati, toleransi sekaligus memperkuat nilai kebersamaan”, ujar Gita.
Dekan FIB Unsoed Prof.Dr. Ely Triasih Rahayu, S.S.,M.Hum. dalam sambutannya menegaskan bahwa pengabdian ini adalah bentuk komitmen fakultas untuk menghadirkan kebermanfaatan nyata di tengah masyarakat. Kami ingin memastikan bahwa kehadiran kampus bukan hanya untuk kepentingan akademik, tetapi juga berdampak secara sosial. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk berkarya dan berkembang, ujarnya.
Orang tua siswa pun tampak bangga menyaksikan putra-putrinya tampil di atas panggung. Berbagai hambatan yang dimiliki oleh para siswa ini tidak menjadikan halangan bagi mereka untuk menampilkan kemampuan yang dimilikinya, ungkap Gita.
Gita menambahkan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini membuktikan bahwa setiap langkah kecil yang dihadirkan kampus mampu memberi arti besar bagi mereka yang membutuhkan. Bagi anak – anak berkebutuhan khusus, pengalaman tampil dalam pementasan drama inklusif bukan sekadar kegiatan seni, melainkan ruang untuk tumbuh, percaya diri, dan merasa dihargai. Dampak positif juga dirasakan orang tua, sekolah, dan mahasiswa pendamping yang semakin memahami pentingnya inklusi. Dengan demikian, program pengabdian ini benar-benar memberi jejak kebermanfaatan yang nyata. Ia tidak hanya menghadirkan momen kebersamaan, tetapi juga menegaskan bahwa pendidikan dan seni dapat menjadi jembatan menuju masyarakat yang lebih peduli dan berkeadilan. Kampus berdampak hadir bukan dalam kata-kata, melainkan dalam aksi nyata yang membawa perubahan.