SMP Alam Bumi Merdeka Siapkan Anak Cakap di Bidang Akademis dan Spiritual

Jatengpress.com, Magelang – SMP Alam Bumi Merdeka. Sekolah ini memang beda dan tak seperti lembaga pendidikan formal yang lain. Terutama mengenai ruang kelas tempat kegiatan belajar mengajar para siswa dan guru.

Sebagian siswa mengikuti belajar di ruang kelas semi terbuka di area atas, sebagian lagi menerima pelajaran di saung gubug di area bawah. Tapi ada yang juga mendapat pelajaran di area terbuka.

Terletak jauh dari perkotaan, sekolah ini menerapkan sistem boarding school atau sekolah berasrama. Pagi para siswa ikut pembelajaran di sekolah, malam anak-anak belajar ilmu agama seperti di pesantren.

Konsep ini menawarkan pengalaman belajar yang berbeda dari sekolah biasa. Karena siswa hidup bersama, belajar mandiri dan terlibat dalam kegiatan pengembangan karakter yang lebih intensif.

“Sekolah ini dibangun dengan brand baru yang menawarkan konsep tentang alam. Para siswa diberikan pemahaman untuk bersahabat dengan alam,” terang Drs Mujadin Putu Murja, sosok pendiri SMP tersebut.

Selain mengacu kurikulum nasional, sistem pembelajaran diramu dengan kurikulum pesantren, guna mencetak anak didik yang cakap dalam bidang akademis namun memiliki karakter yang baik dan kuat.

Para siswa juga dimotivasi agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai bakat talentanya. Dibimbing dan diasah oleh guru yang ahli di bidangnya seperti seni musik, seni suara, seni rupa. Juga ada cabang olahraga tenis meja, bola voli, bulu tangkis dan sepakbola.

Selain itu, juga dikenalkan pada dunia enterpreneur dan dibekali ilmu agama, agar peserta didik tidak hanya cakap di bidang akademis, tapi juga pandai pada bidang spiritual dan emosional.

Melalui proses pembelajaran di SMP ini, para siswa dipersiapkan sebagai calon enterpreneur, tidak takut menatap masa depan karena secara bertahap diasuh tentang kemandirian.

Pola pembelajaran di SMP Alam Bumi Merdeka diatur seperti moving class. Di mana siswa berpindah-pindah ruang kelas. Dengan harapan, para siswa tidak jenuh. 

“Hari ini belajar di ruang atas, besok di ruang bawah dan lusa di ruang terbuka supaya tidak jenuh,” terang Kepala SMP Alam Bumi Merdeka Lailia Saadah SPsi.

Lailia menyebut jumlah peserta didik total sebanyak 94 siswa. Terdiri dari kelas 3 sebanyak 30 anak, kelas 2 ada 32 anak dan kelas 1 juga 32 anak.

Tak jarang, para siswa diajak ke kebon diberi ilmu pengetahuan tentang cara menanam atau budidaya pohon buah-buahan dan sayur, tetapi tidak praktek.

Sekolah ini tidak ingin berhenti untuk deferensiasi dan melakukan inovasi  secara berkelanjutan. Selalu ada proses penyegaran sehingga memberi suasana yang berbeda dengan sekolah atau pun pesantren di tempat lain.

“Jadi selalu ada alasan, kenapa orang sekolah di sini, kenapa anak-anak milih belajar di sini. Itu yang memotivasi kami untuk terus melakukan inovasi secara berkelanjutan,” imbuh Mujadin. 

SMP Alam Bumi Merdeka ini berlokasi di Desa Tanjunganom, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Digagas pada masa pandemi, dirintis tahun 2022 dan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2023-2024.

Pencarian calon siswa di tahun ajaran pertama (2023-2024) dilakukan lewat promosi secara door to door ke 300 SD dan MI di wilayah Magelang, mau pun sekolah di daerah berbatasan seperti Purworejo, Wonosobo dan Temanggung.

Hasilnya terjaring 32 anak. Tidak kurang atau lebih. Tapi dalam perjalanan waktu, 2 anak tidak kerasan dan memilih untuk pulang ke rumah orangtuanya.

Pola yang sama diterapkan untuk tahun ajaran 2024-2025. Seperti halnya tahun pertama, juga terjaring 32 siswa baru. Mereka berasal daerah Magelang dan sekitarnya.

Menghadapi tahun ajaran 2025-2026, pihak sekolah tidak lagi berpromosi atau menyebar brosur. Tetapi kebijakan itu justru menuai hasil yang luar biasa Pendaftar melimpah jauh di atas kuota, sehingga memaksa pihak sekolah menutup masa pendaftaran di awal tahun 2025 ini.

Masa pendaftaran sudah ditutup pada Januari lalu, tatkala sekolah lain belum membuka pendaftaran karena jumlah pendaftar sudah memenuhi kuota 32 anak. Dengan pertimbangan, menjaga kualitas pembelajaran dan kenyamanan siswa atau santri.

“Bahkan sebagian siswa baru berasal dari luar provinsi seperti Jawa Timur, bahkan ada yang dari Jambi,” ungkap Mujadin. (Tri Budi Hartoyo)