Gubernur dan Mensos Wisuda 1.000 Keluarga Graduasi di Pemalang

Jatengpress.com, Pemalang – Sebanyak 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) resmi dinyatakan mandiri dan lulus dari Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka diwisuda dalam acara “Graduasi Pemalang Bercahaya; Bansos Sementara, Berdaya Selamanya”, di Pendopo Kabupaten Pemalang, Senin, 17 November 2025.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengatakan, kemiskinan tidak bisa hilang dalam hitungan waktu singkat. Menurutnya, graduasi ini merupakan hasil dari proses panjang yang dikerjakan bersama-sama.

“Bapak Ibu diperhatikan oleh negara terkait kebutuhan sehari-hari, sehingga Bapak Ibu bisa mandiri,” ujar Ahmad Luthfi saat memberikan sambutan.

Hadir dalam kegiatan, Menteri Sosial Saifullah Yusuf dan Wakil Menterinya, Agus Jabo, jajaran Kemensos; Bupati Pemalang Anom Widiyantoro, Forkopimda Pemalang, serta ribuan KPM yang diwisuda didampingi para pendampingnya.

Ahmad Luthfi mengatakan, Pemprov Jateng akan menyiapkan graduasi serentak atau terpusat 35 kabupaten/kota. Diperkirakan total ada 40 ribu KPM.

“Kita akan siapkan 40.000 masyarakat graduasi di (GOR) Jatidiri. Kalau perlu nanti Pak Menteri atau Pak Presiden yang meresmikan. Kita berikan contoh agar secara tidak langsung mereka memiliki rasa sudah lebih sejahtera,” tegas Ahmad Luthfi.

Dikatakan, di Pemprov Jateng, beragam program dilakukan guna menyejahterakan masyarakat. Mulai bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bantuan permodalan dan pembinaan bagi UMKM, dan bantuan pendidikan. Menurut Gubernur, semuanya berkaitan dengan kemiskinan ekstrem.

“Percayalah kita semua tidak akan meninggalkan Bapak Ibu, meskipun hari ini diwisuda. Kami juga sudah bergerak di 10 kabupaten/kota termiskin. Itu sudah kita keroyok bersama-sama dengan seluruh OPD,” tegas Ahmad Luthfi.

Adapun rincian dari 1.000 KPM yang digraduasi di Pemalang yakni, 150 KPM lulus melalui Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PPSE), dan 850 KPM melakukan graduasi mandiri.

Graduasi dilakukan setelah hasil verifikasi menunjukkan, para KPM telah mampu memenuhi kebutuhan dasar dan tidak lagi bergantung pada bantuan sosial.

Mensos berharap, para KPM yang akan menerima bantuan tidak membuat jadi malas bekerja, tapi justru semangat untuk menjadi lebih baik.

“Jangan jadi motivasi untuk malas. Tapi justru sebaliknya, Bapak Ibu sekalian harus naik kelas dari dibela menjadi difasilitasi,” tegasnya.

Menteri yang akrab dipanggil Gus Ipul itu menegaskan, acara ini menegaskan PKH bukan bantuan permanen, melainkan jaring sementara untuk mendorong kemandirian ekonomi keluarga.

“Yang digraduasi ini dulunya diafirmasi, dipangku. Awalnya dibela, sekarang naik menjadi difasilitasi. Difasilitasi itu bukan lebih sedikit dari bantuan, malah justru lebih banyak. Ada program bantuan modal, mandiri, dan program-program lain yang membuat Bapak Ibu akan jauh lebih berkembang dari pada menerima bantuan,” ujar Gus Ipul.

Acara graduasi tidak hanya terlihat pada seremoni, tetapi pada kisah-kisah keluarga yang akhirnya mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Romisa, penerima sejak 2018, mengungkapkan, PKH sangat membantu pendidikan anak-anaknya, terutama saat suaminya hanya membawa pulang pendapatan paling banyak Rp 65 ribu per hari.

“Sekarang waktunya gantian, biar yang lain merasakan,” ujarnya.

Ia kini membiarkan bantuan dialihkan kepada keluarga yang membutuhkan.

Ningsih, yang tinggal satu rumah bersama suami, dua anak, dan ibunya, mengaku bahagia menerima keputusan graduasi.

“Seneng,” kata penerima PKH sejak 2016 ini. Pendapatan keluarga kini sekitar Rp 5 juta per bulan, meski sebagian besar kembali dipakai sebagai modal usaha.

“Dulu PKH sangat membantu. Sekarang sudah cukup,” ucapnya.

Ika Yanti, penerima sejak 2011, dulunya bekerja di kantin sekolah untuk menghidupi tiga anaknya. Bagi Yanti, graduasi adalah bentuk pengabdian sosial.

“Sekarang sudah merasa mampu. Biar gantian sama yang lain yang belum pernah ngerasain,” ujarnya.
Bantuan PKH dulu ia pakai membeli perlengkapan sekolah anak-anaknya.

Dahuni, yang dulunya berjualan di depan sekolah kini memiliki upah tetap. PKH yang dahulu ia terima, dimanfaatkan membeli perlengkapan sekolah anak.

“Soalnya saya sudah bekerja di PT, jadi saya mengundurkan diri dari PKH. Supaya gantian dengan yang lebih membutuhkan,” katanya yang telah menjadi buruh di PT Victoria, Petarukan.

Menurut Gus Ipul, graduasi PKH tahun ini bukan hanya simbol keberhasilan program, tetapi juga bukti masyarakat dapat bergerak menuju kemandirian, ketika diberikan peluang, akses, dan pendampingan yang tepat. (*)