Jatengpress.com, Magelang – Bupati Grengseng Pamuji melakukan halal bi halal bersama Pegawai Tidak Tetap (PTT) Tenaga Kependidikan Kabupaten Magelang di aula SMP Negeri 2 Secang, Sabtu (19/04). Forkompimcam Secang ikut mendampingi bupati.
Grengseng mengatakan, sudah sekian kali dirinya menghadiri halal bi halal. Namun, dia terus mengingatkan bahwa halal bi halal adalah wujud budaya yang ada di Indonesia.
“Anda mau cari di Irak, Iran maupun Yaman, Suriyah, Palestina, budaya ini tidak ada,” kata Grengseng.
Perayaan Idul Fitri dalam bentuk halal bi halal, menurut dia, sebagai perwujudan para founding fathers dalam merefleksikan nilai ketuhanan di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Idul Fitri merupakan hasil diskusi dari Kyai Wahab Hasbullah dengan Bung Karno sekitar 1950, sehingga mampu merumuskan adanya lebaran dan halal bi halal.
Melalui diskusi itu pula bangsa ini mengetahui islam rahmatan lil alamin. Bahkan non muslim pun ikut menikmati perayaan Idul Fitri atau Lebaran. Praktis, mudik dan lebaran menjadi satu budaya dan berbangsa tanpa harus kehilangan tuh religusitas masing-masing.
Yang tak kalah penting, ada sejarah lain yang disampaikan Grengseng Pamuji pada kesempatan kali ini. Salah satunya tentang mengheningkan cipta.
Ia menjelaskan, budaya mengheningkan cipta dimulai saat founding fathers bangsa ini mau merancang formasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam sidang BPUPKI, PPPKI dan lain sebagainya.
Kala itu terjadilah death lock (tidak ada titik temu atau kesepakatan). Kemudian pimpinan sidang menghentikan sidang seraya mengajak peserta sidang untuk mengheningkan cipta seraya memohon petunjuk kepada tuhan yang maha kuasa.
“Namun hari ini, sayang mengheningkan cipta hanya akan kita nikmati di upacara hari Senin saja,” kata Grengseng.
Untuk itu, Grengseng juga menekankan kepada para tenaga kependidikan di Kabupaten Magelang agar kembali membangkitkan budaya musyawarah untuk mufakat dalam membangun Kabupaten Magelang dan melibatkan tuhan di dalamnya.
“Sehingga apabila nanti terjadi death lock maka kita perlu berhenti sejenak untuk mengheningkan cipta dan berdoa kepada Tuhan agar diberikan hidayah dan jalan keluar dan keputusan yang terbaik,” ujar Grengseng.
Perwakilan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Magelang, Subur, menyampaikan soliditas di internal PTT adalah modal utama dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.
PTT yang solid termasuk PTT yang bersatu akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, inovatif dan menyenangkan bagi para peserta didik.
Dengan begitu, PTT dapat berkontribusi secara signifikan dalam mencetak generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, berakhlak mulia yang pada akhirnya akan membawa Kabupaten Magelang menuju kemajuan dan kesejahteraan.
Ia mengatakan, halal bi halal ini juga sebagai momentum untuk menjalin silaturahmi tidak hanya dengan anggota PGRI saja. Namun, juga dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah kabupaten Magelang, dan pemangku kepentingan lainnya.
“Kami percaya dengan sinergi yang baik ini akan semakin memperkuat upaya kita dalam mewujudkan Kabupaten Magelang yang aman, nyaman, religus, unggul dan sejahtera,” katanya. (TB)