Jatengpress.com, Semarang – Setelah menutup 2025 dengan pertumbuhan ekonomi 5,37 persen dan realisasi investasi Rp 66,1 triliun pada triwulan III, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan tahun 2026 sebagai fase “take off” pembangunan melalui penguatan investasi dan program pembangunan yang berpihak langsung krpada kepentingan rakyat atau pro-rakyat. Begitu pula terkait kinerja Pemprov Jateng dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan menyusul selesainya penyiapan fondasi pembangunan sepanjang 2025, khususnya di sektor infrastruktur dan sumber daya manusia.
“Tentu kita belum puas dengan capaian selama 2025. Sepuluh bulan ini kita fokus menyiapkan roadmap dan blueprint pembangunan Jawa Tengah. Infrastruktur kita siapkan agar 2026 bisa menjadi tahun percepatan program yang lebih menyentuh kepentingan rakyat,” ujar Ahmad Luthfi.
Pernyataan itu disampaikan Gubernur usai acara Refleksi dan Doa Bersama Akhir Tahun 2025 di Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Rabu, 31 Desember 2025. Acara tersebut dihadiri Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno, para asisten Sekda, serta seluruh kepala OPD dan BUMD. Refleksi dan doa bersama adalah bentuk sederhana dalam mensyukuri apa yang telah dicapai sepanjang 2025, sekaligus menyambut 2026.
Ahmad Luthfi menjelaskan, arah pembangunan Jawa Tengah telah digariskan secara jelas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menekankan kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Kolaborasi tersebut menjadi pondasi utama dan kunci dalam menerjemahkan kebijakan nasional ke dalam program daerah.
Menurutnya, sepanjang 2025 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memprioritaskan penyiapan infrastruktur secara menyeluruh, mulai dari infrastruktur sumber daya manusia, jalan dan sarana prasarana, pertanian, hingga infrastruktur pendukung investasi.
“Kalau infrastruktur sudah kita siapkan di 2025, maka 2026 Jawa Tengah memiliki dasar yang kuat untuk mendukung program strategis pemerintah pusat, khususnya swasembada pangan. Kita siapkan agar 2026 bisa take off kepada program yang lebih berkepentingan atau berpihak kepada rakyat. Jawa Tengah kita proyeksikan sebagai lumbung pangan nasional sekaligus penopang industri nasional,” tuturnya didampingi Taj Yasin Maimoen.
Dari sisi kinerja makro, Ahmad Luthfi menyebutkan, pembangunan sepanjang 2025 telah memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikatornya adalah penurunan angka kemiskinan dari 9,58 persen menjadi 9,48 persen.
Penurunan tersebut sejalan dengan kebijakan pengendalian tingkat pengangguran terbuka, perluasan kesempatan kerja, serta peningkatan investasi. Sepanjang 2025, serapan tenaga kerja dari investasi padat karya tercatat mendekati 335.000 orang.
Sementara itu, realisasi investasi Jawa Tengah hingga triwulan III 2025 telah mencapai Rp 66,1 triliun. Pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,37 persen, yang menjadi modal optimisme menyongsong 2026.
Memasuki tahun mendatang, Ahmad Luthfi menegaskan bahwa penguatan iklim investasi akan menjadi salah satu prioritas utama.
“Investasi harus kita genjot agar pembangunan tidak semata mengandalkan APBD dan PAD. Dengan infrastruktur yang sudah disiapkan, percepatan pembangunan di Jawa Tengah akan semakin tinggi,” ungkapnya. (*)






