Jatengpress.com, Klaten – Program internet gratis Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa di wilayah blankspot atau belum ada aliran internet, terutama di kawasan wisata terpencil.
Salah satunya di Desa Wisata Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, yang kini memiliki akses internet publik setelah lama berada di wilayah blankspot.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Tengah, Agung Hariyadi, melakukan pemantauan sambungan internet di Balerante, Jumat, 3 Oktober 2025. Dijelaskan, pemasangan internet gratis merupakan upaya pemerintah dalam memperluas akses digital hingga pelosok.
“Internet tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga motor penggerak perekonomian dan pelayanan publik di era digital,” ujarnya.
Menurut Agung, program desa penerima diprioritaskan pada empat kategori, yaitu desa blankspot, desa wisata, desa dengan kemiskinan ekstrem, serta desa rawan bencana. Masing-masing memiliki tujuan pemanfaatan yang berbeda. Bagi desa wisata, misalnya, internet mendukung promosi destinasi dan produk UMKM lokal agar bisa dikenal lebih luas, bahkan hingga ke pasar global.
Ditambahkan, hingga kini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memfasilitasi jaringan internet di 866 titik desa blankspot. Sepanjang 2025, pemerintah provinsi telah memfasilitasi jaringan internet gratis di 327 desa, terdiri dari 195 desa blankspot, 50 desa wisata, 50 desa miskin ekstrem, dan 32 desa rawan banjir. Gubernur Ahmad Luthfi menargetkan, seluruh wilayah blankspot di Jawa Tengah dapat terhubung internet pada 2029.
Menurut Agung, di Klaten terdapat sejumlah titik desa blankspot yang telah mendapatkan fasilitas internet Pemprov Jateng. Di antaranya Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, dengan lokasi titik pasang di balai desa. Juga empat desa wisata, yaitu Desa Balairante, Kecamatan Kemalang (titik pasang di Wisata Alam Kalitalang), Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang (titik pasang Wisata Gondola Girpasang), Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo (titik pasang Umbulkemanten), dan Desa Grundul, Kecamatan Kebonarum (titik di Umbulbrondong).
Akses internet publik itu, jelasnya, menggunakan perangkat wifi outdoor dengan kapasitas bandwidth 20 Mbps, tanpa kata sandi, dengan nama jaringan “JatengNgopeniNglakoni”. Penyedia layanan internet yang bekerja sama dengan Diskominfo Jawa Tengah memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses internet.
“Harapannya, masyarakat tidak hanya melek digital, tetapi juga mampu memanfaatkan internet untuk meningkatkan kesejahteraan,” kata Agung.
Penyedia layanan internet, Zizik Mudiono, menuturkan, pihaknya bekerja sama dengan Diskominfo Jateng dalam pemasangan sambungan internet. Pemasangannya dibutuhkan kerja keras dengan menarik kabel fiber optik sejauh 5 kilometer dari tiang distribusi terakhir menuju Kalitalang, lokasi wisata di Balerante.
“Kami juga menambah 11 tiang baru, agar jaringan bisa sampai ke titik wisata Kalitalang ini. Prosesnya memakan waktu sekitar 15 hari, jauh lebih lama dibandingkan pemasangan normal yang biasanya selesai dalam satu hari,” terangnya.
Zizik menambahkan, jaringan yang dipasang memiliki kapasitas 20 Mbps, dengan radius layanan sekitar 150 meter. Meskipun secara teknis menantang, terutama karena medan yang sulit, dukungan masyarakat sekitar sangat besar.
“Begitu internet menyala, UMKM di sini mulai hidup. Pengunjung bisa membayar nontunai lewat QRIS, promosi wisata lewat Instagram, TikTok, dan YouTube juga lebih lancar. Wisatawan bisa langsung mengunggah dokumentasi perjalanan mereka dari lokasi,” ujarnya.
Ketua Pengelola Wisata Kalitalang, Jainu, mengatakan, sebelum adanya internet, pengunjung khususnya generasi muda sering batal berbelanja di warung atau membeli tiket masuk, karena tidak tersedia pembayaran nontunai atau QRIS.
“Anak-anak muda sekarang datang hanya membawa HP. Begitu ditanya bisa bayar QRIS atau tidak, kalau penjelasannya tidak bisa, mereka langsung pergi. Setelah ada Wi-Fi, kondisinya berubah,” ujarnya.
Data pengelola mencatat, jumlah kunjungan pada 2024 sekitar 59.000 wisatawan. Namun, sejak dipasang internet pada 2025, data kunjungan hingga September 2025 jumlahnya sudah tembus 125.000 orang. Rata-rata kunjungan harian pada hari kerja 200–300 orang, sementara akhir pekan bisa mencapai 1.500–1.700 orang.
“Wisatawan betah lebih lama, mampir ke warung, tambah kopi, tambah makan. Dampaknya terasa sekali bagi warga,” kata Jainu.
Selain mendukung transaksi digital, internet juga membantu pengelolaan wisata di kawasan rawan bencana Merapi. Melalui jaringan Wi-Fi, pengelola maupun masyarakat dapat mengakses informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang diperbarui tiap enam jam.
“Kalau ada kondisi darurat, kami bisa cepat menginformasikan kepada pengunjung,” ujarnya.
Wisatawan mancanegara asal Pakistan, Fazli, yang datang bersama rekannya dari Malaysia, mengaku lebih nyaman berkunjung karena adanya fasilitas Wi-Fi.
“Dulu susah sekali. Kartu SIM saya tidak berfungsi di kawasan tinggi ini. Mau bayar pakai QRIS juga tidak bisa karena tidak ada internet. Sekarang, begitu sampai parkir, langsung ada Wi-Fi. Saya senang sekali,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).
Fazli yang sudah enam kali berkunjung ke Kalitalang menyebut, fasilitas itu memudahkan wisatawan mancanegara.
“Kalau tidak ada uang tunai memang susah, tapi sekarang semua bisa dilakukan lewat pembayaran digital. Koneksi internetnya juga sangat cepat. Ini sangat membantu turis dari luar negeri,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Intan Amalia, wisatawan asal Gunungkidul, Yogyakarta. Menurutnya, keberadaan internet gratis membuat komunikasi dengan teman lebih mudah saat berkunjung.
“Sebelumnya, kalau janji sama teman sering susah, karena penyedia sinyal tidak masuk ke sini. Sekarang ada Wi-Fi, jadi mudah hubungi teman. Pernah juga lucu, saya janji sama teman baru tapi enggak tahu mukanya, sinyal enggak ada. Setelah ada Wi-Fi, akhirnya bisa saling kirim foto dan ketemu,” tutur Intan. (*)