Jatengpress.com, Jakarta – Tuberkulosis atau biasa disebut TBC atau TB masih menjadi ancaman nyata terkait kesehatan masyarakat. Tercatat dalam lima menit ada dua orang di Indonesia meninggal akibat tuberkulosis.
Karena itu, pemerintah pusat menginstruksikan delapan provinsi dengan angka tuberkulosis tertinggi untuk segera mengaktifkan tim percepatan penanggulangan tuberkulosis (TP2TB) dan membuat rencana aksi daerah (RAD) di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. Delapan provinsi tersebut antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang sudah lengkap, bersama Provinsi DKI Jakarta. Artinya provinsi tersebut sudah membentuk TP2TB dan RAD. Di Jawa Tengah hanya menyisakan Kabupaten Klaten yang belum memiliki RAD terkait penanganan tuberkulosis.
“Dari sekian provinsi di Nusantara, Jawa Tengah yang terbaik karena Pemprov Jateng sudah membentuk TP2TB, rencana aksi daerahnya juga sudah kita susun. Di 35 kabupaten/kota sudah ter-SK semua, RAD tinggal 1 yaitu Kabupaten Klaten. Nanti saya akan segera lapor ke Gubernur agar bisa segera ditindaklanjuti,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen usai menghadiri Forum 8 Gubernur, dalam rangka percepatan eliminasi tuberkulosis di Sasana Bhakti Praja, Kemendagri, Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2025.
Taj Yasin menjelaskan, Pemprov Jateng telah berkomitmen untuk mengejar target penemuan dan pengobatan masyarakat yang terkena tuberkulosis. Hal itu selaras dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto. Wujud komitmen ini antara lain dengan diterbitkannya Pergub No. 27 Tahun 2024 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Provinsi Jawa Tengah 2024–2029 serta Keputusan Gubernur No. 440/37 Tahun 2024 tentang Tim Percepatan Penanggulangan TBC yang ditindaklanjuti di seluruh 35 kabupaten/kota.
Selain regulasi, dukungan anggaran program TBC juga meningkat signifikan. Dari Rp189,99 juta pada tahun 2023, menjadi Rp3,16 miliar pada tahun 2024, dan dialokasikan Rp1 miliar pada tahun 2025 melalui efisiensi program.
“Kita concern terhadap pertumbuhan ekonomi, banyak kita ajak investor asing masuk ke Jawa Tengah salah satu yang dilihat adalah indikator TBC ini, masih tinggi apa nggak, kalau masih tinggi maka mereka berpikir ulang. Untuk menyukseskan itu akan kami realisasikan (eliminasi TBC),” katanya.
Secara umum kondisi tuberkulosis di Jawa Tengah sudah membaik. Satu yang masih menjadi tantangan adalah temuan terkait penderita. Sampai dengan 25 Agustus 2025, capaian penemuan kasus TBC di Jawa Tengah baru mencapai 50% dari target bulan Agustus sebesar 60%, yakni 53.480 kasus dari target tahunan sebesar 107.488 kasus.
Dari capaian tersebut, kasus TBC Sensitif Obat (SO) tercatat sebanyak 52.891. Sebanyak 48.524 pasien yang sudah memulai pengobatan atau 92%, masih ada 4.367 pasien yang belum memulai pengobatan. Kasus TBC Resisten Obat (RO) baru ditemukan sebanyak 589 dari estimasi 3.156 kasus. Dari jumlah tersebut, 493 pasien sudah memulai pengobatan atau 84%, masih ada 96 pasien yang belum memulai pengobatan.
“Kondisi di Jateng alhamdulillah membaik, kita yang belum mencapai target adalah penemuannya. Jadi akan kami lakukan untuk target-target 2025 ini, semakin banyak target yang bisa kita temukan terkait TBC ini semakin minim penularan. Kita tahu Jawa Tengah punya pengalaman terbaik penanganan covid, saya rasa ini lebih bisa lagi,” jelasnya.
Program Speling yang digagas bersama Gubernur Ahmad Luthfi dan diintegrasikan dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah pusat akan dijadikan sebagai corong screening tuberkulosis sampai di tingkat desa. Seluruh Dinas Kesehatan dan rumah sakit di Jawa Tengah telah dikerahkan agar seluruh masyarakat dapat terdeteksi.
“Speling efektif untuk screening TBC. Saya pernah mengawal juga, ketika ditemukan langsung kita distribusikan ke rumah sakit, puskesmas, dan lainnya untuk pengobatan lebih lanjut,” kata Taj Yasin.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengapresiasi Provinsi Jawa Tengah karena menjadi salah satu provinsi yang sudah lengkap bersama DKI Jakarta. Termasuk kelengkapan di masing-masing kabupaten/kota. Artinya, TP2TB dan RAD terkait penanganan tuberkulosis sudah terbentuk, tinggal implementasi di lapangan.
“Ini dirasa sangat serius sekali dalam menangani masalah TB karena nomor dua di dunia untuk rangking kematiannya setelah India. Tadi sudah kami bacakan daerah-daerah yang membentuk tim untuk percepatan Penanggulangan TB, baik provinsi maupun kabupaten/kota,” katanya usai acara
Sementara provinsi lain masih ada yang punya pekerjaan rumah karena ada yang sudah membuat tim tetapi belum membuat rencana aksi. Juga masing banyak di kabupaten/kota di beberapa provinsi tersebut yang belum membuat TP2TB dan RAD.
“Kalau tidak ada rencana aksi tidak tahu mau berbuat apa. Kita akan tagih dan dievaluasi. Apakah tiap bulan atau dua bulan. Lalu diimplementasikan nggak. Nanti yang terbaik akan kita berikan penghargaan, bagi yang tidak ada kemajuan akan kita umumkan ke publik,” kata Tito.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus dna kematian tertinggi kedua setelah India. Tercatat setiap tahun ada 1.090.000 orang terkena TBC dengan korban meninggal setiap tahun mencapai 125.000 orang.
“Jadi kalau saya ini ngomong lima menit, berarti ada dua orang meninggal karena TBC. Ini membunuh lebih banyak daripada covid. Presiden minta agar segera dieliminasi TBC ini. Cara penanganan sama dengan covid, pertama kita screening dulu setelah itu diobati dan obatnya sudah ada,” katanya. (*)