Jatengpress.com, Semarang – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) mengajak Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk terlibat aktif dalam memperluas jangkauan pelayanan kesehatan melalui program Speling (Spesialis Keliling) dan digitalisasi layanan farmasi.
Hal ini disampaikannya saat mewakili Gubernur Jawa Tengah membuka Musyawarah Nasional dan Kegiatan Ilmiah Tahunan HISFARIN IAI 2025 di MG Setos Hotel, Semarang, Jumat 25 Juli 2025.
“Di Jawa Tengah, tenaga kefarmasian sudah lebih dari 30 ribu orang. Tapi sama seperti dokter spesialis distribusinya belum merata, masih banyak di perkotaan. Padahal kita butuh apoteker sampai ke desa-desa, untuk mendukung layanan dokter spesialis yang turun langsung ke lapangan,” ujar Taj Yasin.
Ia mengungkapkan, banyak masyarakat di pelosok Jawa Tengah yang belum terjangkau layanan kesehatan. Karena itu, Pemprov Jateng mendorong agar dokter spesialis dari rumah sakit umum, swasta, dan pusat, turun langsung ke desa-desa melalui program Speling. Saat ini, kegiatan tersebut telah menjangkau sekolah, pesantren, kantor desa, hingga rumah ibadah.
Namun, menurut Taj Yasin, kehadiran dokter spesialis saja tidak cukup. Pelayanan obat yang cepat dan tepat juga menjadi kunci keberhasilan.
Ia berharap IAI dapat mengintegrasikan sistem layanan apotek dengan rumah sakit, klinik, dan praktik dokter spesialis, termasuk melalui digitalisasi alur pemberian resep.
“Kami ingin digitalisasi bukan hanya soal alat, tapi juga alurnya. Apoteker harus terhubung dengan dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Jangan sampai pasien dapat resep tapi obatnya kosong. Harus ada solusi cepat,” tegasnya.
Dalam jangka panjang, kata Yasin, juga akan digagas pengembangan mobil layanan kesehatan spesialis keliling yang dilengkapi perangkat pemeriksaan modern dan terhubung dengan jaringan satelit.
Gus Yasin, sapaan akrabnya, menuturkan keinginan untuk mewujudkan sistem layanan kesehatan yang efisien dan setara dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
“Kita punya cita-cita besar. Tahun ini kita mulai, dua tahun lagi konektivitas antar rumah sakit dan apotek harus terwujud. Dengan semangat gotong royong dan dukungan apoteker, saya yakin ini bisa,” pungkasnya.
Wagub juga berharap IAI ikut mendampingi koperasi desa dalam penyediaan apotek, termasuk menangani isu obat kadaluarsa yang masih menjadi tantangan di lapangan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), apt. Noffendri, menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung program pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di tingkat desa. Menurutnya, keberhasilan program seperti Speling perlu ditopang oleh kolaborasi lintas profesi, termasuk peran aktif apoteker.
“Dalam pelayanan kesehatan, tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi antara guru, dokter, perawat, bidan, dan apoteker,” ujarnya.
Ia menyampaikan, IAI siap menjadi mitra strategis dalam pendampingan koperasi yang mengelola apotek desa, terutama melalui skema Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).
Menurutnya, tidak mudah bagi koperasi baru untuk langsung menjalankan berbagai unit usaha, termasuk apotek, tanpa bimbingan yang tepat.
“Bayangkan, koperasi yang baru berdiri harus langsung mengelola banyak kegiatan usaha. Itu tidak mudah. Karena itu, kami dari IAI punya tenaga-tenaga yang siap diajak bermitra untuk memberikan pendampingan, khususnya dalam pengelolaan apotek desa,” jelasnya.
Pendampingan ini, lanjut Noffendri, bertujuan agar apotek desa yang tergabung dalam KDMP dapat dikelola secara profesional, memberi manfaat bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi secara ekonomi bagi koperasi. (*)