Jatengpress.com, Karanganyar-Masih terdapat kecenderungan menutup diri para pengidap HIV-Aids yang menghambat penanganannya. Terbukti, tak semua pengidap mengakses pengobatan gratis dari pemerintah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, jumlah penderita HIV-Aids terbaru pada tahun 2024 sebanyak 115 orang. Mereka didampingi kelompok sebaya dalam menjalani sisa hidupnya. Termasuk berobat dan mencegah risiko penularan.
Sekretaris DKK Karanganyar, Dwi Rusharyati mengatakan 115 temuan baru orang dengan HIV-Aids pada tahun 2024. Dari jumlah itu hanya 86 pengidap atau 74,7 persen yang mengakses pengobatan ARV gratis dari pemerintah.
“Semakin tinggi angka kasusnya bukan berarti buruk. Justru kami serius mengungkap fenomena ini. Tiap tahun ada kasus baru dari hasil penelusuran kalangan berisiko yang dikoordinasi puskesmas,” katanya, Rabu (23/7/2025).
Temuan di 2024, sebanyak 58 pengidapnya berusia 50 tahun ke atas. Dwi mengatakan identitas mereka dirahasiakan. Terutama pengidap usia anak. Dalam data tersaji seorang anak mengidapnya. Ia berusia 5-14 tahun. Pengidapnya dilindungi agar tidak terungkap publik. Sebab pengidapnya masih mengalami stereotipe, perundungan dan dikucilkan lingkungan.
“Ini jadi tantangan kita agar tak meluas penularannya. Edukasi ke masyarakat juga penting agar tak salah menyikapi HIV-Aids,” katanya.
Kepala Puskesmas Tasikmadu dr Patria Bayu Murdi mengatakan penanganan orang dengan HIV Aids dilematis. Dulunya terdapat lokalisasi Dangkrong yang selalu dipantau puskesmasnya. Setelah dibubarkan, kader kesehatan kesulitan memantau mereka yang berisiko penularan HIV Aids.
“Tak sedikit pengidap yang takut dengan stigma negatif masyarakat. Kemungkinan itu yang bikin mereka tak mau berobat. Saat didatangi petugas Puskesmas malah lari,” katanya. (Abdul Alim)