Jatengpress.com, Karanganyar-Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi digelar di Universitas Muhammadiyah Karanganyar (UMUKA) Solo, Selasa (23/12). Kegiatan ini dihadiri Anggota Komisi X DPR Juliyatmono, perwakilan LLDikti Wilayah VI Jawa Tengah Sri Hartono, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Harun Joko Prayitno MHUM, pimpinan perguruan tinggi, tenaga kependidikan, serta mahasiswa.
Rektor UMUKA Solo, Muh Syamsuri, mengatakan kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi persoalan serius di Indonesia, termasuk di lingkungan perguruan tinggi. Ia mengutip data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak hingga Agustus yang mencatat 17.388 kasus kekerasan, dengan sekitar 14.900 kasus merupakan kekerasan terhadap perempuan.
“Yang lebih memprihatinkan, ribuan kasus kekerasan itu terjadi di perguruan tinggi dan mayoritas berupa kekerasan seksual. Ini menjadi peringatan serius bagi kita semua,” kata Muh Syamsuri.
Ia mengungkapkan, di lingkungan UMUKA sendiri pernah terjadi tiga kasus kekerasan yang ditangani kampus, berupa kekerasan psikis yang bahkan dikaitkan dengan persoalan mistis hingga memerlukan pendampingan khusus, serta kasus perundungan. Menurutnya, Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan harus bekerja nyata dan bersinergi dengan pimpinan pendidikan serta mahasiswa.
“Satgas tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada sinergi pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Bukan zamannya lagi tenaga kependidikan bersikap keras dan galak. Kita harus melayani mahasiswa dengan santun dan baik, karena mereka adalah bagian dari keluarga kampus,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut juga disampaikan bahwa sebanyak 104 mahasiswa UMUKA menerima bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Program ini diharapkan mampu memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat kurang mampu.
Anggota Komisi X DPR RI, Juliyatmono, menekankan pentingnya pembinaan karakter mahasiswa sebagai fondasi mencegah kekerasan. Ia mengingatkan nilai-nilai kedisiplinan dan spiritual harus terus ditanamkan.
“Pembinaan karakter itu penting. Salah satunya dengan menegakkan salat lima waktu bagi mahasiswa, agar mereka punya pegangan moral dan etika,” kata Juliyatmono.
Ia juga menyoroti rendahnya angka partisipasi pendidikan tinggi di wilayah Solo Raya yang masih di bawah 10 persen. Menurutnya, peluang untuk meningkatkan angka partisipasi kuliah masih terbuka sangat lebar.
“Masyarakat jangan ragu untuk kuliah. Jangan terlalu memilih-milih. Yang penting perguruan tingginya berkualitas dan terakreditasi. UMUKA juga ikut membantu masyarakat agar mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik,” ujarnya.
Juliyatmono menambahkan, Komisi X DPR RI tengah menyusun rancangan revisi Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan prinsip keadilan dan kesetaraan.
“Kami sepakat pendidikan tidak boleh dibeda-bedakan. Tidak ada lagi istilah negeri dan swasta. Termasuk bantuan, semuanya harus diperlakukan sama,” tegasnya. (Abdul Alim)




