Pemkab Wonogiri Sediakan Rp 5 miliar  Untuk Biaya Tak Terduga Bencana Alam

Jatengpress.com, Wonogiri – Pemerintah Kabupaten Wonogiri menyiapkan anggaran sekitar Rp 5 miliar sebagai Biaya Tak Terduga (BTT) terkait bencana alam. Sejumlah bencana alam yang banyak terjadi di Wonogiri adalah tanah longsor, topan (puting beliung) serta kasus kebakaran hutan.

Bupati Wonogiri Setyo Sukarno menegaskan bahwa sebagian anggaran sudah berkurang untuk menangani kebakaran besar di Pasar Kota Wonogiri beberapa waktu lalu.  Untuk menghadapi bencana alam, kata Bupati, kalau memang anggaran kurang, maka Pemkab Wonogiri siap mencari terobosan. Hal ini agar setiap bencana di Wonogiri yang masuk kategori rawan bencana di Jateng ini tetap bisa ditangani dengan baik. “Tahun 2025 ini besarnya BTT sekitar Rp 5 miliar, tapi sebagian sudah berkurang untuk menangani kasus kebakaran Pasar Kota Wonogiri, ” ungkap Bupati Setyo usai Apel Gelar Pasukan Penanggungan Bencana Geometerologi di Alun-alun Giri Krida Bhakti Wonogiri, Selasa (25/11).

Setyo didampingi Wakil Bupati Wonogiri Imron Rizkiyarno, SH mengakui jika intensitas bencana terus meningkat, maka Pemkab harus memutar otak mencari opsi tambahan pembiayaan agar penanganan di lapangan tidak terhambat. Ia mencontohkan kebutuhan alat evakuasi modern yang hingga kini belum dimiliki penuh oleh BPBD Wonogiri. “Seperti misalnya alat-alat evakuasi yang modern kita belum punya, tapi yang ini baru yang standar, ” lanjutnya.

Hingga November 2025 saja sudah terjadi 143 kejadian bencana alam dengan total kerugian mencapai Rp 3,32 miliar lebih, belum termasuk dampak lanjutan yang masih berjalan. Longsor, puting beliung, dan kebakaran hutan mendominasi daftar kejadian yang meluas di hampir semua kecamatan.

Dalam situasi ketidakpastian iklim global, Wonogiri kini menghadapi tekanan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Setiap musim membawa ancaman baru, dan para pemangku kepentingan dituntut bergerak cepat sebelum kejadian bencana berikutnya datang menyapu.

Bupati menekankan pentingnya kesiapsiagaan penuh menghadapi musim hujan yang kian tak terduga. Masyarakat diminta waspada, terutama yang tinggal di wilayah rawan longsor dan kawasan desakan angin kencang. Ia juga memberikan apresiasi kepada relawan dan Desa Tanggap Bencana (Destana)  yang selalu berada di garis depan ketika bencana datang tanpa peringatan. (Pm)