Jatengpress.com, Karanganyar-Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) diminta mematuhi prosedur standar pengelolaan program makanan bergizi gratis (MBG), untuk menghindari kualitas santapan memburuk atau malah memicu keracunan massal. Satu diantaranya prosedur standar ketepatan waktu pengiriman dan jangan menunda menyantapnya.
Ketua Komisi D DPRD Karanganyar Ali Akbar mengatakan hal itu usai dirinya dan rombongan melakukan monitoring di SPPG Plesungan, Rabu (10/9/2025). Usai insiden keracunan massal di SDN Wonorejo 4 dan salah satu sekolah madrasah di Jeruksawit Gondangrejo pada April lalu, Komisi D ingin melihat lebih dekat apakah ada perbaikan manajemen di SPPG tersebut. Sidak tersebut diikuti pula Kepala Puskesmas Gondangrejo dan pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar.
“SPPG ini melayani 3.500 siswa. Jangan lagi terjadi keterlambatan distribusi. Maksimal 30 menit usai MBG siap, harus sudah terdistribusi ke sekolah. Di sana pun harus juga langsung disantap, jangan ditunda-tunda yang akhirnya membuat kualitas makanan memburuk,” kata Ali.
Dalam monitoring itu, Komisi D menyaksikan dapur SPPG ditata secara higienis. Seluruh peralatan memasak langsung dicuci bersih setelah selesai mengolah makanan. Ia juga mengapresiasi pelaksanaan MBG bagi ibu hamil dan balita di wilayah kerja SPPG Plesungan yang sudah berlangsung dua bulan terakhir. Ia berharap itu mampu menurunkan angka stunting.
Ali mengatakan SPPG Plesungan merupakan pioner dapur pelaksana program MBG di Karanganyar. Saat ini sudah terdapat 14 SPPG di Bumi Intanpari dari 46 SPPG yang direncanakan didirikan. Komisi D mendorong lainnya segera mengurus persiapan buka dapur SPPG.
Puskesmas di lingkungan SPPG juga harus menyiapkan prosedur standar penanganan kejadian luar biasa kasus keracunan massal.
“Dokter Puskesmas Gondangrejo menjelaskan penanganan korban keracunan kemarin itu. Jadi, semua puskesmas memang harus siap pelayanan dan penanganan standar jika terjadi keracunan massal MBG,” katanya.
Anggota Komisi D Suwarni berharap tak lagi terjadi keracunan akibat menyantap MBG. Kasus sebelumnya, terjadi karena paket makanan tidak kunjung disantap. Berbagai faktor memperburuk keadaan seperti mal prosedur.
“Perlu benar-benar disiapkan. Makanan harus segera disantap. Jangan ditunda-tunda apalagi terlambat dikirim,” katanya.
Ia mendapati tak sedikit makanan disingkirkan atau malah dikembalikan ke dapur SPPG. Alasannya, siswa tak berselera. Akhirnya pengelola dapur berinisiatif menawarkan pemesanan menu sesuai selera siswa.
“Tak semua suka menunya. Sekolah juga enggan menanggung pengembalian. Akhirnya dibawa pulang siswa atau dikembalikan ke dapur. Kini, SPPG Plesungan malah kebanjiran pesanan siswa agar dibuatkan makanan kesukaan. Memang tidak semuanya, tapi cukup banyak,” katanya. (Abdul Alim)
Sidak SPPG Usai Insiden Keracunan, Komisi D DPRD Karanganyar Imbau SOP Dipatuhi
