Jatengpress.com, Salatiga – Pelaku UMKM olahan singkong di Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, berharap kehadiran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kota Salatiga, dapat meneguhkan Kampung Singkong sebagai salah satu destinasi wisata unggulan.
Sebagaimana disampaikan salah seorang pelaku UMKM olahan singkong, Toni Anandya Wicaksono, disela kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi di Kampung Singkong, Jumat, 7 November 2025.
“Harapan ke depan, dengan kehadiran pemerintah pusat, provinsi dan kota bisa menjadikan Kampung Singkong sebagai daya tarik wisata, sehingga mengangkat perekonomian dan pariwisata Kota Salatiga,” ujar Toni yang juga Ketua Paguyuban Kampung Singkong.
Toni menjelaskan, Kampung Singkong tercetus pada 2018. Berawal dari banyaknya UMKM olahan singkong yang ada di Kelurahan Ledok dan terus bertambah seiring masuknya program pemberdayaan UMKM dari pemerintah provinsi dan kota.
Sejarah UMKM olahan singkong di tempat itu berawal dari Gethuk Satu Rasa atau lebih dikenal dengan Gethuk Kethek yang melegenda. Dari situlah bermunculan UMKM olahan singkong lainnya, termasuk Argotelo Kreasi Indonesia, Singkong Keju D-9, Cassava, dan lainnya.
“Awalnya kita ada 16 UMKM olahan singkong. Saat ini kita ada 38 UMKM olahan singkong. Kemudian tercetus bagaimana kita membuat atau men-tagline-kan menjadi Kampung Singkong,” jelasnya.
Dalam sehari, 38 UMKM olahan singkong tersebut dapat mengolah sekitar 8-10 ton singkong dengan varian produk seperti singkong keju, gethuk, keripik, olahan singkong beku (frozen), tepung mocaf, produk wisata, hingga batik bermotif singkong. Total omzet setahun mencapai Rp 25 miliar.
“Distribusinya mulai kebutuhan lokal untuk wisatawan yang datang ke Kampung Singkong, sampai pasar nasional yang lebih banyak di Jabodetabek dan Bali. Kalau untuk Argotelo Kreasi Indonesia sendiri sudah ekspor ke Australia, Hongkong, dan Singapura. Sekali ekspor 1 ton, kebanyakan singkong frozen,” ungkapnya.
Toni menambahkan, bahan baku singkong lebih banyak diambil dari petani singkong di wilayah pegunungan dan lereng pegunungan seperti Salatiga, Wonosobo, Magelang, Batang, dan Temanggung.
Hal itu disebabkan produksi singkong di Salatiga sendiri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.
“Bahan baku terbaik secara rasa paling bagus dari Salatiga. Tapi karena keterbatasan lahan di Salatiga maka kami mengambil sebagian bahan baku dari Temanggung, Wonosobo, Batang, dan Magelang. Harapannya pemerintah bisa memberikan masukan dan solusi kepada petani atau stakeholder lainnya untuk bisa memberikan bahan baku terbaik,” jelasnya.
Selain sebagai sentra produksi olahan singkong, untuk menjadi destinasi wisata, Kampung Singkong juga menggelar Festival Singkong yang diadakan setahun sekali.
Festival tersebut diharapkan dapat masuk dalam kalender event atau wisata nasional sehingga lebih banyak pengunjung yang datang.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan komitmen Pemprov Jateng untuk mendukung pelaku UMKM.
Menurutnya, UMKM menjadi tulang punggung perekonomian di Jawa Tengah. Dari UMKM telah lahir banyak lapangan pekerjaan, sebagai contoh di Kampung Singkong sendiri telah menyerap tenaga kerja sampai 211 orang.
“UMKM ini harus kita dukung penuh untuk berkembang dan bertumbuh. Upaya dari Pemprov di antaranya dengan bantuan permodalan, serta menyiapkan tempat yang dapat dipakai untuk outlet jualan. Pelatihan-pelatihan juga sudah dilakukan agar UMKM kita naik kelas,” katanya. (*)


