Jatengpress.com, Kota Tegal – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tegal meresmikan Mobil Pangan Murah Terjangkau (Panmuter) di Halaman Pendopo Ki Gede Sebayu, Jum’at (19/9).
Peresmian Panmuter sebagai wujud nyata komitmen Pemerintah Kota Tegal dalam menghadirkan akses pangan yang terjangkau bagi masyarakat.
TPID juga menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di Halaman sebelah timur, yang menunjukkan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga.
Kedua kegiatan tersebut merupakan rangkaian High Level Meeting (HLM) TPID Kota Tegal tahun 2025 yang berlangsung di Pendopo Ki Gede Sebayu, Komplek Balai Kota Tegal, Jum’at (19/9/2025).
Hadir dalam giat tersebut, Wakil wali Kota Tegal, Tazkiyyatul Muthmainnah, bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) Kota Tegal, Sekretaris Daerah Kota Tegal, Agus Dwi Sulistyantono, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Bimala serta beberapa instansi Instansi Vertikal.
Mewakili Wali Kota Tegal, Wakil Wali Kota Tegal, Tazkiyyatul Muthmainnah minitikberatkan pada kolaborasi dan sinergisitas antar instansi untuk bersama-sama mengantisipasi laju inflasi Kota Tegal.
Sebagai kota jasa dan perdagangan, Mba Iin sapaan Akrab Wakil Wali Kota Tegal menyampaikan bahwa Kota Tegal memiliki peran vital dalam rantai distribusi komoditas. namun, posisi ini juga menjadikan kita sangat bergantung pada pasokan dari daerah hinterland. Ketergantungan ini adalah tantangan sekaligus peluang.
Disebutkan Mba Iin, inflasi Kota Tegal Agustus 2025 (y-on-y) tercatat sebesar 2,62%, dengan penyumbang terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Data inflasi Agustus 2025 menunjukkan bahwa kelompok transportasi, khususnya tarif kereta api, menjadi penyumbang utama inflasi secara bulanan. Sementara itu, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras menjadi penahan inflasi yang efektif. Secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau terutama emas perhiasan, bawang merah, dan kopi bubuk menjadi penyumbang terbesar.
Menurutnya, ini adalah sinyal bahwa kita harus lebih tangguh dalam menjaga pasokan, lebih cerdas dalam membaca pola konsumsi, dan lebih cepat dalam merespons dinamika pasar.
Mba Iin menyampaikan ada tiga isu besar yang harus dituntaskan Bersama yakni ketergantungan pasokan Kota Tegal rentan terhadap gangguan distribusi. maka, kerja sama antar daerah bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Kemudian pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat UMKM kita masih menghadapi tantangan produktivitas, akses teknologi, dan pembiayaan. kita harus pastikan mereka naik kelas, punya Nomor Induk Berusaha (NIB), dan mampu bersaing. Selanjutnya pemanfaatan sistem informasi harga. transparansi harga adalah fondasi stabilitas. sistem informasi yang tersedia harus dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha dan masyarakat.
Mba Iin menekankan bahwa Inflasi bukan sekadar angka di laporan statistik. ia adalah cerminan kesejahteraan masyarakat. maka, saya mengajak seluruh jajaran TPID untuk bekerja lebih kolaboratif, lebih inovatif, dan lebih responsif.
Ia mengajak untuk terus bersama-sama menjaga stabilitas harga, perkuat ekonomi lokal, dan pastikan Kota Tegal menjadi contoh nasional dalam pengendalian inflasi berbasis kolaborasi dan pemberdayaan.
“Mari kita jaga stabilitas harga, perkuat ekonomi lokal, dan pastikan Kota Tegal menjadi contoh nasional dalam pengendalian inflasi berbasis kolaborasi dan pemberdayaan,” ujar Tazkiyatul Muthmainnah.(*)