Jatengpress.com, Borobudur – Menjelang akhir tahun 2025, Borobudur Moon kembali dihadirkan dengan sajian berbeda. Kali ini dikemas dalam edisi spesial “Indonesia Keroncong Festival” yang akan dipentaskan Selasa (16/12/2025) besok.
“Pergelaran ini menggabungkan drama tari kolosal, tari tradisional, musik etnik dan orkestra keroncong yang dikemas menarik,” kata Erie Setiawan, Koordinator Tim Keroncong Unesco.
Menurut Bambang Heri (putra Maestro Waldjinah), melalui IKP maka peluang promosi agar musik Keroncong makin dikenal di kancah internasional. Musik yang mempunyai karakter tersendiri, mulai soal irama, lagu dan instrumen keroncong.
“Berpeluang menjadi industri yang bisa mendatangkan ekonomi bagi seniman keroncong maupun masyarakat,” kata dia, dalam seminar “Keroncong Goes to Intangible Cultural Heritage – Unesco, di Rumah Dinas Bupati Magelang.
Seperti yang pertama Oktober lalu, gelaran Borobudur Moon edisi spesial Indobesia Keroncong Festival (IKF) di Taman Lumbini Kompleks Candi Borobudur nanti juga gratis.
Pemilihan kompleks Candi Borobudur sebagai lokasi Indonesia Keroncong Festival karena memiliki latar megah dan prestisius, memperkuat pesan bahwa Keroncong, layaknya Candi Borobudur, merupakan warisan budaya berharga yang tetap hidup, adaptif dan mampu menyatukan berbagai perbedaan.
IKF 2025 mengusung tema “Serenade Nusantara”, yang menyiratkan makna penghormatan besar pada keberagaman warisan budaya, kolaborasi lintas budata dan semangat inklusifitas.
Selain itu, juga mengangkat tagline “Swaralokhatulistiwa”, merupakan gabungan daru “swara”, “lokalitas” dan “khatulistiwa”. Ketiga elemen tersebut mempertegas pesan bahwa bunyi, likalitas, dan gema ketoncong yang meluas ke berbagai penjuru dunia.
Dalam IKF 2025 ini menampilkan sejumlah artis papan atas. Tengok saja, ada Kunto Aji, Citra Scholastika, Indra Utami Tamsir, Mus Mujiono, Sono Seni Ansambel, Side of X, Nur Handayani dan Borobudur Keroncong Orchestra.
Kemudian, ada pementasan 100 penari dalam “Sendratari Parumawardani” dari Radiance of Borobudur. Pertunjukan kolosal sendratari yang memancarkan cahaya sejarah, spiritualitas, dan keindahan Borobudur di area pelataran Candi Borobudur.
Dampak Ganda
Bupati Magelang Grengseng Pamuji mengatakan, Borobudur Moon kali ini sebagai lanjutan edisi pertama yang terbukti memberikan dampak ganda, terutama bagi pengelola penginapan.
Atas dasar itu, Grengseng mendorong Tim Borobudur Moon agar melanjutkan pagelaran tersebut. “Pada edisi kedua ini, kebetulan bekerja sama dengan Indonesia Keroncong Festival,” ujarnya.
Sesuai niat awalnya, lanjut Grengseng, untuk meramaikan kawasan Borobudur. Temanya, setiap bulan berbeda atau bisa disesuaikan dengan usulan dari masyarakat.
“Intinya, bagaimana kita membuat satu wadah yang menjadi destinasi baru di Kabupaten Magelang pada malam hari. Bentuknya apa, masih berproses, karena ini belum final,” ujarnya.
Proses tersebut akan berlanjut sampai nanti terbentuk satu wadah yang dapat menghimpun berbagai potensi yang kemudian dapat dibakukan menjadi destinasi. (TB)







