Jatengpress.com,Semarang – Tim Kelompok Studi dan Penelitian (KSP) “Principium” Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS), berupaya menghidupkan kembali jejak sejarah pande besi pembuat keris di Desa Kranggan, Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Terlebih keris telah diakui sebagai warisan budaya nusantara oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Nilai historis di tempat tersebut, dinilai perlu diangkat dan dilestarikan khususnya dikenali anak muda untuk menggeluti profesi leluhur yakni pande besi atau empu keris.
Hal itu dikatakan Ketua tim KSP FH UNS, Adinda Nurdiati Thaniana, saat auidiensi dengan Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) di rumah dinas Wagub Jln Rinjani Semarang, Kamis 31 Juli 2025.
“Kami belajar banyak tentang pelestarian budaya metalurgi. Di mana Desa Kranggan ini sebagai salah satu sentra pande besi. Kita perlu menggali, menghidupkan kembali sejarah-sejarah yang sempat mati. Apalagi Koripan juga erat kaitannya dengan dengan Pande Besi yang mana menghasilkan banyak keris,” katanya.
Ia mengatakan, tim terdiri dari 15 orang mahasiswa UNS berfokus pada penguatan budaya lokal Desa Kranggan, Polanharjo, Kabupaten Klaten. Khususnya warisan budaya metalurgi Koripan. Menurutnya ini sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jateng yaitu Desa Maju dan Berdaya.
Rencananya, tim akan membuat museum termasuk di dalamnya bengkel pandai besi, yakni Besalen, yang kemudian dinamai Besalen Koripan. Menurut sumber sejarah yang mereka diteliti, Koripan diambil dari nama salah satu empu pembuat keris setempat.
“Tim didampingi kampus, bakal bekerjasama dengan pemerintah desa, kabupaten, Provinsi Jateng, para pakar, dan lintas instansi untuk mencari akurasi nilai historis lebih dalam di desa setempat. Itu akan menjadi dasar membuat museum pande besi, yang kemudian bisa menjadi tujuan untuk pemberdayaan masyarakat desa,”imbuhnya.
Kepala Desa Kranggan, Polanharjo, Kabupaten Klaten, Gunawan Budi Utomo, yang ikut rombongan mengatakan, kondisi saat ini di Desa Kranggan memang telah beralih. Dari dahulu sebagai pusat industri atau pengrajin keris, sekarang hanya membuat alat- alat pertanian, seperti pisau, arit, dan cangkul.
“Memang beralih fungsi ya, karena perkembangan zaman, dan juga regenerasinya tidak ada. Akhirnya berkembang menjadi sentra industri alat-alat pertanian. Khusus pembuatan keris memang sudah tidak ada,” katanya.
Berkaca pasa kondisi itu, pemerintah desa dan tim dari UNS bakal menghidupkan kembali historis yang pernah ada. Anak-anak muda setempat direncanakan bakal mendapat pelatihan untuk membuat keris.
Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, mengatakan, keberadaan nilai historis Desa Kranggan itu punya potensi luar biasa untuk dikenalkan kepada publik. Perlu kajian mendalam bersama lintas pihak. Kemudian menjadikan wilayah tersebut sebagai promosi desa wisata.
“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkolaborasi mendorong dan mengembangkan potensi ini. Jadi ini tematik betul ya, diangkat dari nilai sejarahnya menjadi destinasi wisata,” ucapnya.
Gus Yasin, sapaan akrabnya, mengatakan, Pemerintah Provinsi melalui dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata bakal mendukung penuh upaya tersebut.
Dinas juga bakal berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Klaten, serta lintas instansi untuk mendampingi tim dari UNS yang ingin menghidupkan kembali jejak pande besi keris di Desa Kranggan, Polanharjo, Kabupaten Klaten. (*)