Jatengpress.com, Magelang – Membumikan nilai, menghidupkan seni. Tema itu diangkat dalam Karang Sanggrahan Festival di Pelataran Kedai Kopi Kebun Makna, Plosogede, Ngluwar, Kabupaten Magelang, Sabtu (02/08).
Festival tersebut diselenggarakan oleh Akar Makna Indonesia bekerja sama dengan Taman Baca Kebun Makna. Juga berkat dukungan Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta masyarakat sekitar.
Yayasan “Akar Makna Indonesia” adalah organisasi komunitas yang mempunyai komitmen dalam melakukan perubahan sosial, politik, budaya dan ekonomi, baik di tingkat lokal, nasional, mapun global.
Ketua Yayasan Akar Makna Indonesia, Maskur Hasan, menyebut kontribusi Akar Makna akan dipacu semaksimal mungkin dalam melakukan perubahan Hal itu dijalankan melalui pendekatan literasi budaya.
“Merawat nilai-nilai lokal, di samping juga memperkuat komunitas dalam menghadapi berbagai gempuran pop culture yang cenderung mengikis nilai-nilai lokal (local wisdom) sebagai akar dari bangsa Indonesia,” terang Maskur Hasan.
Untuk itu, masih kata dia, Akar Makna kemudian menggelar pertunjukan seni yang dibalut dalam Karang Sanggrahan Fest dengan tema Membumikan Nilai, Menghidupkan Seni.
“Dalam arti, kesenian lokal hadir tidak semata-mata hanya sebagai sebuah hiburan, namun ada tujuan berupa nilai yang menjadi pegangan hidup, semangat dalam berdakwah atau mengkampanyekan kebaikan,” ucapnya.
Menurut Ahmad Zaini, Sesepuh Dusun Sanggrahan Festival adalah merupakan sarana untuk mempromosikan dan ikut mendukung perkembangan kesenian lokal melalui ruang ekspresi pertunjukan.
“Diharapkan kegiatan tersebut akan berdampak pada berkembangnya kesenian lokal yang tetap memperteguh nilai sebagai laku keseharian,” ujarnya, ditemui di sela pertunjukan kesenian tradisional.
Tujuan lain, lanjut Zaini, sebagai ajang untuk transfer pengetahuan kepada generasi muda agar ada kesadaran untuk turut merawat dan terlibat dalam pengembangan kesenian lokal sebagai bentuk dari jati diri masyarakat.
Pertunjukan seni juga disebut menjadi ruang perjumpaan bagi masyarakat. Di sinilah mereka bertemu, saling bertegur sapa, membangun relasi dan interaksi satu dengan yang lainnya.
Rekki Zakkia, Founder Kebun Makna, menambahkan, Karang Sanggrahan Festival hadir, salah satunya sebagai respon atas situasi saat ini di mana generasi sekarang kebanyakan melihat pertunjukan seni sebagai tontonan, bukan tuntunan.
Untuk itu melalui pendekatan tersebut, Akar Makna dan Kebun Makna tengah mencoba menjadi jembatan transfer pengetahuan dengan meng-highlight pada narasi sejarah, nilai dan merunut pemaknaan kembali sebagai bentuk revitalisasi kesenian lokal.
Berangkat dari pemikiran itu, dalam festival itu disajikan pertunjukan seni yang mengangkat kesenian lokal, yang dipadu dengan kesenian modern menjadi semangat untuk menarasikan dan mengkampanyekan nilai-nilai yang terkandung di dalam kesenian tersebut.
“Sehingga masyarakat, terutama kawula muda bisa menyerap segala informasi, sejarah dan latarbelakang kesenian lokal. Proses ini merupakan upaya untuk “nguri-nguri” seni dan budaya kita bersama,” ujar Rekki Zakkia, yang juga sastrawan Magelang.
Karang Sanggrahan Festival dibagi menjadi 2 sesi. Siang dipentaskan festival kesenian lokal. Antara lain, Kesenian Kubra Siswa: New Siswà Muda Karang Sanggrahan, Sanggar Seni Kebun Makna, Kesenian Campur; Kridho Manunggal Trayem Bendo Sirahan.
Sedangkan malam harinya ditampilkan sejumlah group band. Di antaranya, Jodhokemil, Tanda Seru, DJ Set Ruthless, Musisi Presiden Musikindo; Yunan Helmi, dan Roy Jeconiah eks Boomerang. (TB)