Asiknya Belajar Seni Tari Tradisional di Sanggar Metta Tuntang Kabupaten Semarang

Jatengpress.com, Semarang – Hari Kamis (27/2/2025) pagi, suasana Sanggar Tari Metta, di Dusun Joyo, Desa Tlogo, KecamatanTuntang, Kabupaten Semarang nampak semarak. Ramai seratusan anak-anak duduk di sanggar tari yang didirikan oleh Romo Pujiyanto.

Ya, pagi itu, Sanggar Tari Metta kedatangan tamu, rombongan murid dari sekolah SD Karangturi Kota Semarang. 

Rombongan diterima di sanggar Tari Metta Pimpinan Romo Puji. Belajar menari tradisional di Sangar Metta ini, anak-anak merasa senang. Keceriaan dan keasikan nampak dari raut wajah dan gerakan-gerkaan mereka.

Romo Puji yang juga pengurus pusat kebudayaan dan kesenian di Forum Lembaga Kesenian Kecamatan yang berdiri di Kabupaten Semarang, mengungkapkan, Sanggar Tari Metta yang kali ini menerima kedatangan rombongan dari SD Karangturi Semarang, yang bertujuan bersilaturahmi tentang budaya, juga murid-mirid SD Karangturi Kota Semarang ingin mengenal seni tari di Indonesia, salah satunya tari klasik Jawa. 

Di sanggar tersebut, murid-mirid SD Karangturi membaur bersama murid-mirid sanggar tari Metta. Bersama anak-anak sanggar Tari Metta, anak-anak SD Karangturi berkesempatan belajar menari secara singkat, dipimpin Kak Ino Sanjaya yang memgampu tari tradisi dan tari klasik  di Sanggar Tari Metta. 

Anak-anak diajari gerakan dasar tari, mulai gerakan jari mithing, ngruji atau ngrayung, ngepel, dan nyengkurit.

Sebagai suguhan pembukaan, anak-anak Sanggar Tari Metta berkesempatan perform tari Nawung Sekar dari Yogyakarta, di depan murid-mrid SD Karangturi. 

Kak Tegar Suryakelana juga guru tari di Sanggar Metta mengajarkan tari jaran kepang kreasi. 

Setelah memberikan gerkaan-gerakan dasar kepada murid-murid SD Karangturi, dilanjutkan menari bersama, yaitu tari jaran kepang atau kuda lumping. Anak-anak nampak begitu antusias berkesempatan ikut menari. 

Lebih lanjut Romo Pujiyanto menerangkan, Sanggar Tari Metta sengaja mengkhususkan pada ajaran tari klasik dan tradisional Jawa, dengan maksud nguri-uri seni budaya Jawa, supaya kebudayaan Jawa tidak hilang.

“Jaran kepang juga. Di masyarakat tari jaran kepang ini merakyat,” kata Romo Puji. 

Sanggar Tari Metta sendiri kini memiliki 90an murid, terdiri 50an murid tari jaran kepang dan 40 murid tari klasik.  Mereka berlatih dua kali dalam seminggu. 

Mengenalkan anak-anak kepada kesenian tradisional, dalam hal ini tari tradisional, lanjut Romo Puji, untuk mengimbangi kemajuan jaman yang menggerus kesenian tradisional yang adiluhung. Dimana saat ini banyak anak-anak main game dan tidak mengenal kesenian tradisional. 

Dengan mengenalkan dan mengajarkan anak-anak kepada tari tradisional, maka anak-anak akan memiliki hubungan emosional dengan budaya daerahnya sendiri. 

Sedangkan Kak Ino Sanjaya mengungkapkan, mengajarkan tari tradisional kepada anak-anak, tujuannya agar anak anak mencintai tari tarian tradisional. 

“Sebab di jaman sekarang banyak pengaruh kesenian dari luar negeri, misalnya tari modern jadi anak anak menjadi kurang tertarik dengan kesenian tradisional,” ujar dia. 

Sanggar Tari Metta sendiri sering dikunjungi oleh sekolah-sekolah lain untuk belajar tari tradisional. 

Rencana ke depan, Sanggar Tari Metta yang pernah menjadi Juara I lomba tari jaran kepang tingkat Provinsi Jateng di Semarang tahun 2024, akan membuat tari kolosal agar anak-anak bisa pentas secara bersama-sama. (Cip)

Terbaru