Jatengpress.com, Karanganyar – Warga Perumahan Palur Permata Asri (PPA), Dukuh Panjangrejo, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, dibuat resah akibat serbuan lalat dalam dua minggu terakhir. Kondisi ini diduga berasal dari kandang bebek milik BUMDes Palur yang berada tepat di belakang perumahan, berjarak hanya sekitar 20–30 meter dari rumah warga. Selain menimbulkan ketidaknyamanan, lebih dari 20 warga dilaporkan mengalami diare.
Salah satu warga, Andi Lala (38), mengatakan bahwa lalat masuk ke rumah sejak pagi hari. Ia menunjukkan jebakan lalat yang hanya dalam satu jam sudah penuh.
“Jam 07.00 saya pasang jebakan, jam 08.00 sudah penuh. Kalau pakai lem lalat, mungkin sepuluh lembar habis. Selain itu banyak warga yang sakit, saya dan anak saya juga diare. Dari data yang masuk, ada 23 warga yang mengalami diare,” ujarnya, Sabtu (6/12).
Andi juga menyoroti jarak kandang yang dinilainya menabrak aturan. “Dengan kapasitas ribuan ekor, seharusnya jarak kandang minimal 1.000 meter dari permukiman dan harus ditembok 5 meter. Ini hanya 20–30 meter. Dampaknya seperti ini, lalat menyerbu rumah warga selama tiga minggu.”
Ia berharap BUMDes mengganti jenis usaha yang tidak menimbulkan dampak kesehatan. “Kami mendukung program ketahanan pangan, tapi jangan sampai merugikan warga. Bisa diganti kolam ikan atau yang lain. Kami tinggal di sini seumur hidup, lingkungan harus sehat apalagi banyak anak-anak.”
Sekretaris Paguyuban Warga PPA, Prima Puspoyoga, menjelaskan bahwa kandang tersebut dibangun tanpa sosialisasi kepada warga.
“Beberapa bulan lalu ada laporan tentang pembangunan fondasi, tapi kami tidak tahu itu akan jadi kandang. Setelah berdiri dan beroperasi tiga bulan terakhir, kami tanyakan ke Pak Bayan. Beliau menjelaskan itu kandang bebek pedaging dan menjamin tidak ada gangguan lingkungan,” ujarnya.
Namun kondisi di lapangan berbeda. Setelah kandang beroperasi, bau mulai tercium dan lalat muncul di sisi selatan PPA. Dalam tiga minggu terakhir, keluhan warga meningkat tajam bersamaan dengan laporan diare.
“Yang tercatat ada 23 warga, tapi yang belum lapor juga banyak. Hampir tiap hari ada laporan baru, baik anak-anak maupun orang dewasa,” kata Prima.
Warga berharap kandang tidak ditutup, tetapi diubah isi usahanya agar tidak menimbulkan pencemaran. “Bangunan silakan berdiri, tapi isinya jangan bebek. Kami tidak menolak usaha, hanya ingin lingkungan tetap sehat.” pungkasnya (Abdul Alim)







