Karanganyar Luncurkan Program Percontohan Pengambilan Sampah Terpilah

Jatengpress.com, Karanganyar — Pemerintah Kabupaten Karanganyar memperkenalkan Program Kampung Percontohan Pengambilan Sampah Terpilah yang dipusatkan di RW 11 Badranasri, Cangakan, Jumat (5/12). Program ini diarahkan untuk menekan volume sampah sejak dari sumbernya sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan secara berkelanjutan.

Kabid Wilayah II Kantor Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa, Ari Yuwono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa persoalan sampah di Indonesia kini berada pada fase genting. Ia menegaskan, “Indonesia sepertinya memasuki tidak lagi krisis sampah tapi sudah darurat sampah. Bapak Menteri sudah menetapkan sekitar 336 kabupaten/kota yang masuk dalam kategori darurat sampah.” Ia menambahkan bahwa di Jawa Tengah sendiri terdapat sekitar 15 hingga 16 daerah yang telah masuk kategori tersebut.

Ari menjelaskan bahwa pemerintah pusat menargetkan pengelolaan sampah nasional pada 2025 mencapai 50 hingga 55 persen, jauh di atas capaian saat ini yang masih berada di kisaran 30 persen. Ia mengapresiasi langkah-langkah strategis yang dilakukan Karanganyar, termasuk penutupan TPA Sukosari Jumantono sebagai bagian dari pembenahan sistem pengelolaan sampah. “Pemerintah menetapkan capaian pengelolaan sampah minimal 50 sampai 55 persen atau sekitar 70 sampai 80 ton per hari harus dikelola dengan baik,” ujarnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Karanganyar, Sunarno, memaparkan bahwa tiap rumah tangga di RW 11 telah menerima komposter tanam untuk mengolah sampah organik secara mandiri. Dengan cara ini, sampah organik dapat langsung diurai tanpa bercampur dengan sampah lain. “Untuk sampah anorganik yang memiliki nilai guna, kami membentuk Bank Sampah Sumber Rejeki. Warga bisa menyetorkan sampahnya, dan pengelola bank sampah akan memprosesnya sebagai bahan daur ulang,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa petugas DLH kini hanya mengambil sampah residu dan evaluasi rutin dilakukan tiap minggu agar program berjalan konsisten. “Fokusnya tetap pada pengurangan dari sumber, bukan menunggu sampah menumpuk,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Karanganyar Rober Christanto menyerahkan sejumlah penghargaan kepada desa, sekolah, serta bank sampah berprestasi. Ia menyebutkan bahwa penghargaan tersebut bertujuan mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. “Yang kami harapkan bukan sekadar mendapatkan piala atau gelar. Yang lebih penting adalah tumbuhnya kesadaran bahwa lingkungan yang baik itu adalah investasi jangka panjang bagi masyarakat sendiri,” tuturnya.

Penghargaan yang diserahkan meliputi Desa Mandiri Sampah, Bank Sampah Berprestasi, dan penghargaan Adiwiyata di tingkat kabupaten hingga provinsi, serta trofi Proklim Utama bagi desa yang dinilai aktif dalam mitigasi perubahan iklim.

Bupati juga mengajak warga memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman pangan seperti cabai dan terong. Menurutnya, langkah tersebut mampu meningkatkan ketahanan pangan sekaligus menjaga lingkungan. “Kalau lahan kosong dibiarkan, tidak memberi manfaat. Tapi kalau ditanami, dampaknya bisa langsung dirasakan warga. TPA Sukosari yang dulunya dimasuki 150 ton per hari, dengan program dari hulu ke hilir dapat berkurang jadi 100 ton per hari,” katanya. (Abdul Alim)