GOW Karanganyar Genjot Peran Perempuan di Lini Depan Ketahanan Pangan

Jatengpress.com, Karanganyar– Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Karanganyar menegaskan komitmennya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dengan fokus utama pada ketahanan pangan. Program ini didasari kesadaran bahwa perempuan memegang peran sentral, mulai dari mengolah hingga memilih pangan yang aman bagi keluarga.

Ketua GOW Karanganyar, Puji Astuti, mengungkapkan harapannya agar anggota GOW semakin berdaya. 

“Perempuan itu kan pusatnya untuk pangan, sehingga dia yang bisa mengolah, kemudian menyajikan, kemudian pengadaan, sebagaimana memilih pangan yang aman dan sebagainya,” jelasnya usai memimpin sosialisasi di ruang anthorium rumah dinas bupati Karanganyar, Selasa (16/12) 

Pada awal tahun, GOW telah merencanakan kegiatan yang terbagi dalam lima bidang utama yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Organisasi, dan Hukum.

Untuk mencapai target ketahanan pangan, GOW sedang merencanakan pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). KWT ini dibentuk dengan tujuan utama agar anggota mampu menyediakan pangan yang berkualitas bagi keluarga masing-masing.

Selain itu, GOW turut aktif dalam pembinaan UMKM anggota dengan menyediakan tempat untuk pertemuan dan ikut serta dalam pameran atau bazaar. Pembinaan juga menjangkau desa terpencil, seperti di Ploso Mojogedang, melalui program desa binaan yang berfokus pada pelatihan pengadaan pangan.

Penasehat GOW, Dwi Acita Irawati, berharap kegiatan ini dapat menjadikan 34 organisasi wanita yang berada di bawah naungan GOW semakin solid.

Dalam sesi sosialisasi yang disampaikannya, GOW turut memaparkan data mengenai peran krusial perempuan dalam produksi pangan. Data BPS (2018) menunjukkan bahwa sekitar 24,24% petani di Indonesia adalah perempuan.

“Perempuan terlibat dalam berbagai tahap produksi pangan seperti penanaman, pemanenan, dan pengolahan hasil pertanian,” katanya. 

Sesi sosialisasi tersebut menggarisbawahi tiga subsistem utama ketahanan pangan yang harus diperhatikan yaitu Food Availability (Ketersediaan Pangan), Food Access (Akses Pangan), dan Food Utilization (Pemanfaatan Pangan).

Puji Astuti tidak menampik adanya tantangan dalam menjalankan organisasi, terutama masalah pendanaan dan fluktuasi keanggotaan (keluar-masuk).

“Kami berharap anggota-anggota yang masuk di GOW itu bisa settle sampai 5 tahun,” ungkap Puji Astuti, sembari mengakui bahwa sifat organisasi masyarakat dan pergantian pengurus menjadi faktor utama pergerakan keanggotaan.

Meskipun demikian, GOW mendapat dukungan finansial dari pemerintah daerah berupa dana yang diterima setiap dua tahun sekali, yang dialokasikan untuk kegiatan rutin bulanan. (Abdul Alim)