Banyumas, Jatengpress.com- Suasana tenang di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, mendadak berubah riuh pada Senin (3/11/2025) pagi. Sekitar pukul 10.00 WIB, jembatan gantung yang melintang di atas Kali Panaruban tiba-tiba ambruk saat tengah dilintasi tujuh pegawai PLN yang sedang melakukan survei jaringan listrik desa.
Jembatan sepanjang 24 meter dengan lebar sekitar 3,5 meter itu selama ini menjadi jalur penting penghubung antara RT 3 dengan RT 4 dan RT 5 RW 16 Desa Cihonje. Terbuat dari papan kayu dan menggantung sekitar lima meter di atas permukaan sungai, jembatan itu sudah bertahun-tahun digunakan warga untuk beraktivitas sehari-hari.
Menurut saksi mata, jembatan sempat bergetar hebat sebelum akhirnya patah di bagian tengah. Tujuh orang yang berada di atasnya tidak sempat menyelamatkan diri dan terjun ke dasar sungai. “Tiba-tiba kayunya patah, semua jatuh ke air,” ujar salah seorang warga di lokasi kejadian.
Dari tujuh korban, dua di antaranya mengalami luka cukup serius dan sempat tak sadarkan diri setelah terbentur bebatuan sungai. Keduanya segera dievakuasi warga dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Diduga keduanya mengalami patah tulang akibat benturan keras.
Kepala Desa Cihonje, Sarnoto, menjelaskan bahwa jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses utama bagi sekitar 60 kepala keluarga di wilayah tersebut.
“Dengan ambruknya jembatan ini, otomatis akses warga menjadi terganggu. Kami sudah mengusulkan pembangunan kembali melalui bantuan keuangan kabupaten,” ujarnya.
Menurut Sarnoto, sebenarnya sudah ada rencana perbaikan jembatan melalui dana kabupaten. Namun, pelaksanaan masih terkendala izin dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO).
Hingga kini, aparat setempat bersama warga masih melakukan pengecekan di lokasi. Pemerintah desa juga berkoordinasi dengan pihak terkait untuk meninjau kondisi jembatan dan merencanakan langkah perbaikan agar jalur penghubung utama itu dapat kembali digunakan dengan aman.
