Jatengpress.com, Purworejo-Karnaval HUT ke-80 Republik Indonesia di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah berlangsung meriah dengan hadirnya berbagai penampilan kreatif dari kontingen semua kalangan. Salah satu yang mencuri perhatian adalah kontingen Karangtaruna Desa Karangsari, Kecamatan Purwodadi, yang mengusung tema “Filosofi Bambu Pangeran Diponegoro” pada ajang bertema Parade Kreatif, yang ber start di Alun-alun Purworejo dan memutar kota Purworejo, Sabtu (23/08/2025).
Dengan semangat kemerdekaan, sebanyak 100 peserta dari Karangtaruna Karangsari menampilkan perpaduan antara filosofi kehidupan, nasionalisme, seni budaya, serta kreativitas lokal. Tema bambu dipilih sebagai simbol utama, menggambarkan karakter bangsa Indonesia yang kokoh, lentur, namun tetap rendah hati.
Ketua Karangtaruna Karangsari, Mohammad Arif Rofiudin mengatakan, bambu menyimpan filosofi mendalam.
“Bambu tumbuh menjulang tinggi namun tetap rendah hati. Ia kuat, kokoh, lentur, dan selalu tumbuh berumpun. Itu melambangkan kebersamaan, keteguhan, serta kemampuan beradaptasi dalam segala keadaan. Nilai-nilai itu kami hubungkan dengan perjuangan Pangeran Diponegoro yang teguh melawan penjajahan demi kemerdekaan bangsa,” katanya.
Dijelaskan, atraksi utama kontingen Karangsari adalah patung raksasa Pangeran Diponegoro menaiki kuda yang dibuat dari anyaman bambu. Patung megah itu dibawa oleh pasukan 17 di barisan terdepan, menjadi simbol perlawanan, keteguhan hati, dan keberanian pahlawan nasional.
“Meski berasal dari bahan sederhana, bambu berhasil diolah menjadi karya seni yang mencerminkan semangat perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan tanah air,” jelasnya.
Di barisan berikutnya, pasukan 8 menghadirkan Gunungan Besek berbentuk kerucut ke atas, sebagai simbol syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat kemerdekaan. Gunungan tersebut juga menjadi lambang harapan masyarakat akan kehidupan yang lebih baik, adil, sejahtera, serta harmonis dengan alam dan Sang Pencipta.
Mengakhiri barisan, pasukan 4S tampil gagah dengan membawa karya olahan bambu dari masa ke masa—mulai dari peralatan rumah tangga, karya seni, hingga arsitektur modern. Hal ini menjadi simbol bahwa budaya lokal dapat tetap hidup berdampingan dengan kemajuan zaman.
Sebagai wujud cinta tanah air, kontingen Karangsari juga membagikan 1.945 bendera merah putih kepada masyarakat. Angka tersebut melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia sekaligus mengajak seluruh warga untuk mengibarkan bendera sebagai simbol persatuan, semangat nasionalisme, dan penghormatan terhadap jasa para pahlawan.
“Melalui parade ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk kembali merenungkan nilai perjuangan, persatuan, serta kecintaan terhadap budaya bangsa. Mari kita jadikan filosofi bambu sebagai inspirasi membangun Indonesia yang tangguh, mandiri, dan berakar pada jati diri bangsa,” tegas Mohammad Arif. (AY)