Polemik Mata Air Lereng Lawu, Warga Geruduk Sumber Suren Gede

Jatengpress.com, Karanganyar-Khawatir sumber airnya diusik, ratusan warga Dukuh Tanen Desa Kemuning Ngargoyoso menggeruduk area mata air Suren Gede yang berada di lahan privat milik seorang tuan tanah berinisial B pada Senin (2/5/2025). Di sana, warga mendapati lokasi mata air sudah digeser dan diganti bangunan permanen. 

Ratusan warga tersebut selama puluhan tahun memanfaatkan air bersih dari mata air Suren Gede untuk konsumsi sehari-hari. Usai bangunan permanen didirikan oleh B, pengguna air bersih merasakan aliran ke rumahnya keruh. 

“Sudah tiga hari ini keruh. Itu penyebabnya aktivitas pembangunan oleh pemilik tanah. Padahal 700 KK bergantung konsumsi air dari Suren Gede. Di kelompok induk ada 60 KK. Maka, kami datang langsung ke sumber air untuk memastikannya,” kata sesepuh Paguyuban Pengguna Mata Air Suren Gede Kemuning, Triyono. 

Para warga menyaksikan sendiri di atas sumber air sudah berdiri bangunan permanen. Sedangkan pipa-pipa penyalur air berimpitan dengan proyek. Warga mendengar isu pemilik lahan bakal memonopoli mata air untuk dijual secara komersil. Sebab di lokasi terdapat dua mata air yang kemungkinan bakal disatukan oleh B untuk kepentingannya. 

Triyono mengatakan B merupakan pebisnis air minum isi ulang di Sukoharjo. 

Dikatakan, mediasi dengan B sudah dilakukan beberapa kali namun kandas. Kali pertama soal batas lahan yang sampai sekarang belum klir. Kemudian pemindahan letak sumber air dan kini aliran air ke anggota paguyuban yang keruh. 

“Kami sebenarnya mempersilakan. Monggo saja kalau mau berbisnis atau bikin rumah di Kemuning. Asalkan jangan mengusik sumber air minum kami,” lanjutnya. 

Ia mencurigai pemilik tanah mengemplang aturan pertanahan. Sebab, warga meyakini status tanah basah masih melekat di sertifikat namun ternyata sudah didirikan bangunan permanen di bantaran sungai. 

Warga Dukuh Tanen, Landri Sumarmo mengatakan warganya menghendaki proyek berhenti dulu sambil menunggu polemik pemanfaatan air Suren Gede diselesaikan. 

“Jangan dilanjutkan pembangunannya sebelum semua klir,” pintanya.

Pada Senin siang, warga kembali menggeruduk lokasi mata air yang sudah terkepung bangunan. Mereka didampingi Pj Kades Kemuning Agus Harjono. Pemilik lahan, B tak ada. Namun diwakili seseorang dari proyek. Mereka menyaksikan mata air sudah tergali untuk fondasi bangunan.

“Untuk sementara proyek berhenti. Menunggu mediasi selanjutnya,” katanya. (Abdul Alim)