Jatengpress.com, Surakarta – Diskusi publik bertajuk ‘Pancasila sebagai Paradigma Etis untuk Perdamaian Global: Relevansi Ideologi Kebangsaan Indonesia di Tengah Fragmentasi Nilai Internasional’ sukses digelar di Aula Balai Kota Surakarta, Jumat, 27 Juni 2025. Acara yang diinisiasi oleh Forum Pemuda Indonesia Raya ini dihadiri langsung oleh Walikota Surakarta, Respati Ahmad Andrianto, serta sejumlah tokoh pemuda nasional yang turut memeriahkan dan mengisi jalannya diskusi.
Dalam sambutannya, Respati menekankan urgensi Pancasila di tengah gejolak global.
“Pancasila bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi solusi etis bagi dunia yang kini terfragmentasi. Nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial adalah fondasi kuat untuk membangun peradaban yang lebih damai dan manusiawi,” ujarnya.
Kehadirannya secara langsung menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung gagasan Pancasila sebagai pijakan penting bagi perdamaian global.
Selain itu, Presidium Nasional Forum Pemuda Indonesia Raya, Theo Cosner mengungkapkan bahwa kota Surakarta menjadi kota pertama yang didatangi oleh forum ini dalam rangkaian Road Show Kebangsaan keliling indonesia.
“Solo menjadi kota pembuka dalam rangkaian Road Show Kebangsaan kami, puji tuhan mas Walikota mendukung penuh kegiatan kami serta para aktivis dan tokoh pemuda solo juga aktif berperan dalam diskusi publik ini” ungkap Theo.
Diskusi yang berlangsung interaktif ini dihadiri oleh beragam peserta, mulai dari akademisi, mahasiswa, aktivis, tokoh lintas iman, perwakilan lembaga negara, hingga organisasi masyarakat pemuda. Mereka bersama-sama mengkaji Pancasila sebagai paradigma etis dalam upaya mewujudkan perdamaian global, sekaligus menyoroti krisis nilai internasional dan berbagai tantangan yang dihadapi etika kemanusiaan universal saat ini.
“Berbagai aspek dibahas secara mendalam dalam sesi panel diskusi. Pembahasan mencakup bagaimana Pancasila dan teologi sosial dapat bersinergi untuk membangun perdamaian berbasis nilai, serta analisis mengenai fragmentasi nilai global yang dinilai sebagai ancaman serius terhadap keadaban dunia. Selain itu, konsep moderasi beragama juga diangkat sebagai ekspresi nyata dari nilai-nilai Pancasila yang dapat menjadi model bagi masyarakat global. Terakhir, diskusi juga fokus pada strategi diplomasi etis Indonesia dalam menghadapi tata dunia baru yang penuh tantangan,” ungkap Theo Cosner.
Sejumlah tokoh pemuda nasional turut memberikan pandangan mereka. M Natsir Sahib, Tokoh Pemuda Santri dalam paparannya, menekankan pentingnya peran aktif generasi muda.
“Kita, sebagai pemuda, memiliki tanggung jawab moral untuk terus menghidupkan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Ini bukan hanya tentang identitas kebangsaan, tetapi juga tentang memberikan tawaran solusi bagi dunia yang sedang mencari arah,” tegasnya.
Senada dengan itu, I Wayan Darmawan, tokoh pemuda Hindu yang juga merupakan tokoh pemuda nasional menambahkan bahwa diskusi ini menjadi momentum untuk mendorong generasi muda berpikir ideologis secara reflektif dan transformatif.
“Kita harus menjadi agen perubahan yang membawa semangat Pancasila ke setiap lini kehidupan, termasuk dalam konteks global.”
Sebagai luaran dari kegiatan ini, FPIR menargetkan penyusunan dokumen akademik dan pernyataan sikap forum, rekomendasi strategis untuk pengarusutamaan nilai Pancasila dalam diplomasi dan pendidikan global, serta rancangan “Deklarasi Pemuda Indonesia untuk Perdamaian Etis Dunia”. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata pemuda Indonesia dalam mewujudkan perdamaian global yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. (Abdul Alim)