Jatengpress.com, Wonogiri – Generasi Z, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Dikenal sebagai digital native dan memiliki kecakapan teknologi yang tinggi, Gen Z merupakan bagian penting dari angkatan kerja masa depan. Pada tahun 2025 ini, Gen Z akan mencapai 27% dari angkatan kerja dunia. Tak ayal, Gen Z akan menunjukkan pengaruh mereka yang semakin besar dalam pada peradaban dunia. Mereka pun diharapkan mampu membawa perubahan positif, terutama dalam dunia kerja.
Sayangnya, harapan ini tak sejalan dengan kenyataan. Hal ini diungkapkan oleh Adi Rohmadi Abdullah, Kepala Balai Latihan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinaskerin) Kabupaten Wonogiri. Adi yang telah sekian lama malang melintang pada bidang ketenagakerjaan dan memiliki ribuan relasi dengan Human Resource Development (HRD) perusahaan-perusahaan besar, acap kali mendengar keluhan tentang etos kerja para Gen Z.
Para HRD sering mengeluhkan Gen Z yang dinilai lemah, tidak reliabel, kurangnya keterampilan sosial dalam dunia nyata, dan cenderung memiliki kecemasan serta tingkat stres yang tinggi. Menurut Adi, mampu memahami karakteristik, harapan, dan tantangan yang ada pada Gen Z sangat penting bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, menarik, dan produktif.
Apabila dilihat dari sudut pandangnya sebagai bagian dari institusi pemerintah yang turun langsung dalam mempersiapkan, menyalurkan, dan memberikan fasilitas ketenagakerjaan, Adi menuturkan Disnakerin Kabupaten Wonogiri telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah Menyusun Kurikulum Pelatihan Angkatan Kerja dengan tajuk Super Gen Z.
Ditemui jurnalis SIKP_kominfowng di kantor Disnakerin Kabupaten Wonogiri, Kamis (22/5/2025), Adi bersama Kepala Disnakerin Kabupaten Wonogiri, Wiyanto mengatakan Super Gen-Z ini merupakan salah satu upaya untuk membentuk, menggembleng, dan membangun karakter angkatan kerja yang unggul dan tentunya akan bermanfaat untuk mereka yang ingin survive di dunia kerja yang penuh tantangan.
“Super Gen Z ini singakatn dari Softskill Upgrade for Generation Z. Dimana maksud kita adalah supaya kita bisa menerapkan softskill secara holistik dalam pelatihan. Apabila mengacu pada pelatihan berbasis keterampilan (PBK), pelatihan softskill ini hanya ada di tiga hari pertama pelatihan, selanjutnya masuk ke kelas masing-masing untuk pelatihan keterampilan. Tetapi dengan metode super Gen Z ini, dalam kelas keterampilan, baik itu boga, jahit, pengolahan hasil pertanian, rias, las bubut dan elektronika, kami sisipkan juga materi softskill,” tutur Adi.
Apabila di breakdown secara menyeluruh, Adi mengatakan ada sekitar 32 materi pengembangan softskill, tetapi setelah dilakukan riset oleh instruktur, materi tersebut dikelompokkan dan disusun menjadi empat bagian prioritas, yakni self development, communication, leadership, dan financial management.
“Empat itu yang paling dekat dibutuhkan oleh Gen Z. Kita tekankan kepada para peserta untuk siap masuk ke dunia kerja. KalAU punya empat ini, bisalah menjadi angkatan kerja yang unggul dan berkualitas,” imbuhnya.
Sementara itu, Wiyanto mengatakan bahwa dengan kurikulum Super Gen Z yang diterapkan oleh para instruktur BLK, diharapkan para peserta pelatihan dapat terbentuk, terlatih, dan siap menghadapi dinamika dunia kerja yang sesungguhnya.
“Harapannya Disnakerin dalam pelaksanaan pelatihan, para peserta ini tidak hanya sekedar lulus uji kompetensi pelatihan tetapi juga bisa masuk ke dunia kerja, diterima, dan bisa survive. Bertahan di pekerjaan selama beberapa waktu, apalagi bisa sampai menempuh karir yang tinggi, itu harapan kami,” tutur Wiyanto. (Pm)