Jatengpress.com, Purworejo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo membentuk Pordista (Purworejo Disabilitas Tangguh). Yakni, sebuah inovasi penanggulangan bencana berbasis inklusi.
Plt. Kalak BPBD Kabupaten Purworejo Dede Yeni Iswantini mengatakan bahwa, inovasi Pordista masuk dalam kegiatan desa/kelurahan tangguh bencana. Salah satu prinsip pelaksanaannya adalah prinsip inklusif.
“Pordista berada dalam kelembagaan BPBD Kabupaten Purworejo yang bertugas menjalankan fungsi layanan disabilitas di bidang penanggulangan bencana di Kabupaten Purworejo,” jelasnya Rabu (26/3/2025).
Dikatakan, unit ini merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan BPBD. Khususnya, yang berkaitan dengan layanan disabilitas di bidang penanggulangan bencana. Pada Senin (24/3/2025), BPBD Purworejo telah mengadakan rakor dan sosialisasi dengan unsur pentahelix bencana (pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media).
Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan mengadakan bimbingan teknis (bimtek) bagi penyandang disabilitas agar tahu apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi bencana. “Misalnya, untuk bencana longsor, mereka harus apa. Intinya mempersiapkan mereka, agar tidak bergantung pada pihak lain. Minimal bisa mengevakuasi diri sendiri,” terang Yeni.
Selain Prodista, BPBD Purworejo juga memiliki inovasi lain yaitu E-siska (elektronik sistem informasi bencana) yang berbasis web dan aplikasi. Dalam E-siska, semua masyarakat bisa menjadi relawan yang mengabarkan setiap kejadian. “Di aplikasi itu juga bisa melihat daerah zona-zona bencana serta potensi hujan karena terkoneksi langsung dengan akun BMKG,” bebernya.
Dengan adanya inovasi-inovasi itu, masyarakat diharapkan agar selalu waspada, selalu siap, dan berjaga-jaga. Mengingat, Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten rawan bencana baik longsor, banjir, atau bencana lainnya.
“Siapkan tas bencana, yaitu tas yang diisi dokumen-dokumen penting dan uang tunai. Simpan di tempat yang mudah dijangkau jika sewaktu-waktu terjadi bencana, tinggal membawa,” pesan dia.
Jika ada gempa mengayun, sampai tidak bisa berjalan, dia meminta agar masyarakat segera lari. Utamanya, yang berada di pesisir selatan, karena itu berpotensi terjadi tsunami. (han)