JATENGPRESS, MAGELANG – Pro dan kontra mengenai penutupan Blumbang Roto View bagi wisatawan hingga saat ini masih terus bergulir. Perlu adanya langkah komunikatif antarpihak yang berkepentingan.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olah Raga (Disparpora) Kabupaten Magelang, Mulyanto, menyebut, obyek yang sempat viral itu dapat berpotensi menjadi magnet wisata.
“Itu ditandai dengan kehadiran banyak wisatawan tak diundang ke Blumbang Roto View di Dusun Prampelan, Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik,” kata Mulyanto, Kamis (8/8).
Karena itu, dia mendorong Pemerintah Kecamatan untuk memfasilitasi forum diskusi yang melibatkan pihak petani, dan masyarakat. Kedua belah memiliki pandangan yang dama baiknya.
“Arah pandangan kedua pihak baik. Tapi sektor pertanian dan sektot pariwisata kalau dapat disandingkan akan menjadi indah. Akan menjadi agrowisata,” terang Mulyanto.
Menurut dia, masyarakat Desa Adipuro sebetulnya mempunyai keinginan untuk mengembangkan destinasi wisata alam di area Blumbang Roto. Persoalannya, akses masuk ke sana merupakan jalan usaha tani yang belum memadai.
“Tentu ini menjadi perhatian. Ke depan diharapkan masyarakat berkolaborasi dengan pemerintah desa agar mampu menjembatani kehadiran wisatawan,” harapnya.
Duhubungi terpisah, Ketua Forum Daya Tarik Wisata (DTW) Kabupaten Magelang, Edward Alfian, menuturkan, pro kontra penutupan Blumbang Roto View karena belum terkomunikasikan dengan baik antara pemerintah desa dan masyarakat.
“Hal ini menjadi PR bersama agar para OPD dan Stakeholder terkait mampu mengkomunikasikan itu. Apakah nanti jam kunjungannya bisa diatur. Supaya pertanian jalan, pariwisata juga jalan,” ujarnya.
Sebenarnya, menurut Ian, sapaan akrab Edward Alfian, keberadaan Blumbang Roto bisa menjadi daya ungkit sektor perekonomian masyarakat. Jadi sarana pemberdayaan masyarakat.
“Ketika wisatawan datang berkunjung, produk UMKM berupa kuliner hingga cenderamata otomatis akan laku,” kata Ian.
Edward berharap, agar permasalahan iti segera direspon pemerintah daerah dan pihak terkait. Perlu ada langkah solutif sehingga ke depan, antara pertanian dan wisata dapat berjalan beriringan. (*)