Jatengpress.com, Purworejo – Kasus Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kembali merebak. Hingga 15 Desember 2025, tercatat 2.573 orang terkena DD.
Dari jumlah tersebut, 355 orang positif DBD, 11 kasus fatal dimana pasien mengalami DSS (Dengue Shock Syndrome) sehingga meninggal dunia. Sebagai informasi, DSS adalah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien DBD yang parah.
Jika pasien mengalami DSS, akibatnya bisa fatal, terjadi perdarahan dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau pembekuan darah akibat DB. Data tersebut disampaikan oleh Kasi Yankes dan Kesmas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purworejo, dr Nur Salim.
“Ada 4 varian virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegepty penyebab DD dan DBD, yakni dengue 1, 2, 3 dan 4. Masa inkubasi virus ini adalah 7 sampai 14 hari sejak pertama digigit nyamuk pembawa virus,” tutur dr Nur Dalim di kantornya, Senin (30/12/2024).
Ia menambahkan, pada saat digigit nyamuk pembawa virus dengue pertama kali, biasanya jarang terjadi kefatalan.
“Orang yang digigit nyamuk pembawa virus dengue biasanya akan panas, namun tidak sampai DBD. Yang berbahaya adalah jika digigit nyamuk kedua dengan varian dengue berbeda, akan beresiko menyebabkan DBD. Kecuali digigit oleh nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue varian sama dengan yang pertama, tidak akan menimbulkan sakit. Karena kita sudah punya antibodi,” jelas Nur Salim.
Untuk memutus rantai nyamuk aedes aegepty penyebar virus dengue, tidak bisa hanya mengandalkan fogging. Karena selain biaya mahal, fogging juga dieenut tak efektif karena tidak bisa membunuh jentik.
“Imbauan kami, jika di lingkungan kita ada yang terkena DD, segera stop rantai penularan jangan kelamaan. Kita harus melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) terus menerus, minimal 7 hari sekali dengan menerapkan 3M Plus,” kata Nur Salim.
Kegiatan PSN dengan menerapkan 3M Plus, yaitu: Menguras, menyikat, dan membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, dan tempat penampungan air minum. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, dan toren air. Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat.
“Gejala DD dan DBD hampir sama, yang paling gampang dilihat dari DD yaitu, panas mendadak lgsg tinggi di atas 38,5°C. Meski tepah diobati, panas karena DD tidak akan turun signifikan, tidak akan di bawah 38°C. Biaasanya turun lalu panas lagi. Keluhan lain adalah pusing, pegal-pegal, mual bisa juga diare,” jelasnya.
Orang yang terkena DD akan mengalami demam panas tinggi, nakun hanya 3 hari. Minum obat atau tidak, pasti akan turun seteah tiga hari.
“Setelah tiga hari panas, dinamakan fase kritis, bukan berarti pasiennya yang kritis, ini fase, waktu dimana penyakit menjadi berat. Bisa diketahui setelah dicek laboraturium, setelah tiga hari panas, akan jelas hasilnya (DB atau tidak),” ungkap dr Nur Salim.
Ia juga menegaskan bahwa anggapan asal daya tahan tubuh bagus, tidak akan terkena DBD adalah salah. NING